Goyang TikTok Irjen Napoleon Usai Divonis 4 Tahun Penjara
Tetap gembira meski menderita

KILAS BALIK
SEKILAS INFO: Bagi teman-teman yang sudah menjajal website baru Asumsi.co beserta fiturnya sejak Jumat (5/3/21) kemarin, kami akan sangat senang menerima masukan dari kalian. Silahkan sampaikan ke bit.ly/surat545 atau di kolom komentar paling bawah. Terima kasih!
***** Aprilia Manganang Jadi Laki-laki
KSAD Jenderal Andika Perkasa mengumumkan Serda Aprilia Manganang berjenis kelamin pria, merujuk hasil rekam medis RSPAD Gatot Soebroto. Aprilia, yang sebelumnya tercatat sebagai bintang tim nasional voli putri Indonesia, masuk jadi anggota TNI AD pada 2016 dengan status wanita.
Cristiano Ronaldo Tersungkur
Untuk pertama kalinya dalam 15 tahun, Cristiano Ronaldo gagal ke perempat final Liga Champions dalam dua musim beruntun. Timnya, Juventus, disingkirkan Porto.
Oknum Polsek-Polda di Jatim Terlibat Peredaran Narkoba
Sejumlah anggota polisi yang bertugas mulai dari tingkat polsek, polres, hingga Polda Jatim, diperiksa karena diduga terlibat dalam praktik peredaran narkoba.
NASIONAL
Kenapa Moeldoko Nggak Bikin Partai Sendiri Aja, Sih?

Ilustrasi: Ikbal/Asumsi.co
Nama Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko menjadi sasaran kritik berbagai pihak dalam sebulan terakhir. Ia menggusur posisi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan ditetapkan sebagai ketua umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara. Lantas, kenapa Moeldoko tak membuat partai sendiri saja, ketimbang mengkudeta?
Kecurigaan AHY sebulan silam
Kecurigaan AHY soal rencana kudeta posisinya di Demokrat, sebetulnya sudah terendus sejak awal Februari 2021. Saat itu, AHY menyebut ada gerakan politik pengambilalihan kepemimpinan secara paksa, yang melibatkan orang-orang di lingkar kekuasaan Presiden Joko Widodo.
Kudeta Demokrat adalah anomali politik
Peneliti politik LIPI Siti Zuhro menyebut pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan Moeldoko terhadap AHY bukan contoh yang baik. Ia menyebut kudeta politik itu sebagai hal yang tak lazim.
"Dari perspektif demokrasi, peristiwa KLB Sumut ini bisa dikatakan sebagai anomali politik dan demokrasi, tentu tidak lazim," kata Siti Zuhro dalam diskusi di kanal YouTube MNC Trijaya, Sabtu (6/3/21) lalu.
KLB Demokrat di Deli Serdang tak lazim
Menurut Siti Zuhro, KLB memang bukanlah hal baru, tapi menurutnya, KLB Partai Demokrat tidak lazim karena tidak mengikuti anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Selain itu, KLB itu juga justru menghasilkan pihak eksternal partai sebagai ketua umum.
"Untuk tentu pegiat politik, pegiat demokrasi, intelektual, akademisi yang belajar demokrasi, ini membingungkan," ucapnya.
Siti Zuhro juga menilai penunjukan Moeldoko menandakan nilai-nilai, moral, dan etika politik sudah dipinggirkan. Apalagi, Moeldoko saat ini masih tercatat sebagai pejabat aktif di lingkaran pemerintahan.
"Ini dilarang keras, menurut saya, itu tidak perlu belajar untuk menjadi sarjana politik, ilmu politik, yang seperti itu sudah tidak etis."
Moeldoko menuju Pilpres 2024?
Moeldoko disebut-sebut hanya menjadikan Demokrat sebagai batu loncatan agar bisa maju sebagai calon presiden di Pilpres 2024. Namun, pada satu kesempatan jauh sebelum KLB di Deli Serdang, ia pernah menepis isu itu, meski ia tetap tak mempermasalahkan jika nanti dirinya diorbitkan.
"Kalau urusan 2024, pernah kah saya bicara tentang [Pilpres] 2024? Tidak pernah, kalau yang diorbitkan di sana, ya alhamdulillah kan gitu," kata Moeldoko kepada wartawan di kediamannya, Rabu (3/2) lalu.
Membentuk partai politik baru bakal sulit bagi Moeldoko
Kini, bola panas kisruh Demokrat terus bergulir. Moeldoko menerima dan berterimakasih usai ditetapkan sebagai ketum Demokrat, sementara AHY sibuk membuktikan kalau penetapan Moeldoko sebagai ketum Demokrat lewat KLB adalah ilegal dan inskonstitusional.
Perselisihan para politikus ini pun menimbulkan pertanyaan. Kenapa Moeldoko tidak membentuk partai politik baru saja ketimbang merebut partai lain dengan cara-cara yang justru menuai kritik dari publik? Padahal, sejak era reformasi, kebebasan membentuk organisasi hingga partai politik dijamin Undang-Undang. Hingga kini, partai politik pun terus bertumbuh.
Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komaruddin menilai, sulit bagi Moeldoko jika harus membentuk partai politik sendiri. Selain memang harus membangun konsolidasi dulu, membentuk partai politik baru tentu membutuhkan energi besar karena mesti mencari basis massa, membangun semuanya dari bawah, dan mencari figur-figur tepat bagi partai.
“Jika buat partai sendiri susahnya minta ampun. Dan Moeldoko paham itu. Makanya dia tak buat partai baru dan lebih memilih mencaplok partai milik orang lain,” kata Ujang saat dihubungi Asumsi.co, Rabu (10/3/21).
Moeldoko hanya ingin cara instan
Jika melihat lagi proses penetapan Moeldoko sebagai ketum Demokrat lewat KLB di Deli Serdang yang serba cepat, maka dengan mudah bisa ditarik kesimpulan bahwa mantan Panglima TNI itu memang tak butuh energi besar dan memilih cara instan. Apalagi sebelumnya, Moeldoko sama sekali tak tercatat sebagai kader Demokrat.
“Moeldoko mungkin ingin enaknya saja, tak mau bersusah-susah dan berkeringat untuk membuat partai baru. Seandainya bisa dibuat partai baru pun, belum tentu bisa ikut Pemilu,” ucap Ujang.
Rekam jejak Moeldoko di dunia politik
Moeldoko tak punya rekam jejak yang mentereng di kancah politik. Setelah pensiun dari militer, ia memutuskan terjun ke politik praktis. Berikut perjalanannya:
Desember 2016, bergabung ke dalam jajaran pengurus Partai Hanura yang dipimpin oleh Oesman Sapta Odang (OSO). Ia pernah menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Hanura.
Pada 2018, Moeldoko mengundurkan diri dari Partai Hanura.
Tercatat aktif di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dengan menjadi Ketua Umum untuk periode kepemimpinan 2017-2020. Ia kembali menjabat untuk periode 2020-2025.
Dipercaya menjadi Ketua Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA UT) periode 2019-2024.
Pada 17 Januari 2018, saat dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Kepala Staf Kepresidenan, menggantikan Teten Masduki.
Terlibat dalam tim pemenangan Pasangan Jokowi-Maruf Amin di Pilpres 2019.
Menjabat wakil ketua tim kampanye nasional (TKN) yang juga merangkap sebagai ketua harian TKN Jokowi-Maruf.
Di periode kedua pemerintahan Jokowi, kembali dipercaya sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Dari perjalanan kariernya itu, Moeldoko tercatat baru pernah bergabung di satu partai saja. “Ya. Bukan hanya sulit buat partai sendiri, tapi juga bisa nyungsep dan terkubur. Di Hanura saja tak bergerak dia,” kata Ujang.
Butuh 'modal' besar untuk membuat partai
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bakir Ihsan juga tak melihat hal positif dari kudeta yang dilakukan Moeldoko terhadap AHY di Partai Demokrat. Menurutnya, Moeldoko belum cukup mampu untuk membangun partai politik sendiri yang harus diperjuangkan dari bawah.
“Untuk membuat partai butuh modal besar. Modal tidak hanya uang, tapi juga modal sosok (figur). Moeldoko belum punya hal tersebut, karenanya ia menggunakan kesempatan yang kurang elegan itu,” kata Bakir kepada Asumsi.co, Rabu (10/3).
Terpilihnya Moeldoko tanpa melalui proses kaderisasi di partai tentu saja bisa menjadi preseden buruk bagi partai-partai lainnya. Apalagi kalau sampai statusnya di Demokrat disahkan pemerintah melalui Kemenkumham. Di masa mendatang, peristiwa kudeta serupa bisa saja terjadi di partai politik lain, di mana pejabat pemerintah dengan gampangnya mengambilalih partai politik untuk menjadi ketua umum.
*Ramadhan Yahya
HUKUM
Irjen Napoleon Goyang TikTok Usai Divonis 4 Tahun Penjara

Foto: Indrianto Eko Suwarso/Antara Foto
Mantan Kadivhubinter Polri Irjen Napoleon Bonaparte divonis empat tahun penjara dalam kasus red notice Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra. Meski tak terima dengan vonis itu, Napoleon tetap bergembira dengan bergoyang.
Hah, memangnya Irjen Napoleon goyang apa?
Setelah mendengar putusan itu, Napoleon malah berjoget TikTok di ruang sidang di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (10/3).
Dilansir dari Detik, Napoleon sempat menyapa wartawan. "Cukup ya, sudah. Nggak perlu kan saya goyang, apa perlu saya goyang TikTok," ucap Napoleon sambil tertawa.
Napoleon beneran goyang TikTok
Setelah menyampaikan itu, Napoleon kemudian bergoyang. Dia mengepalkan tangannya dan digerakkan. Lalu, pinggul Napoleon digoyangkan dua kali sambil tertawa.
Kenapa goyang TikTok?
Pengacara Napoleon, Santrawan T Paparang, bilang itu bentuk ekspresi kliennya. "Selama berbulan-bulan kita bersidang, maka fakta sejati telah terungkap sebagaimana pleidoi setebal 843 halaman. Makanya, beliau justru meluapkan sikap tersebut dengan cara sopan, beradab," kata Santrawan.
"Goyang TikTok adalah ekspresi saja dari beliau dalam bentuk sopan dan beradab."
Tak terima putusan dan akan banding
Napoleon sendiri keberatan dan akan mengajukan banding atas vonis 4 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan. Ia mengaku lebih baik mati.
Apa kesalahan Napoleon?
Napoleon terbukti bersalah menerima suap USD 370 ribu dan SGD 200 ribu dari Djoko Tjandra berkaitan penghapusan red notice/DPO di Imigrasi. Hakim menyebut sejumlah saksi dan barang bukti telah menunjukkan adanya pemberian uang dari Djoko Tjandra melalui Tommy Sumardi kepada Irjen Napoleon.
Napoleon terbukti bersalah melanggar Pasal 5 ayat 2 juncto Pasal 5 ayat 1 huruf a UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
*Ramadhan Yahya
TEKNOLOGI
Rencana Merger Gojek dan Tokopedia, Pengamat: Awas Oligopoli

Ilustrasi: Asumsi.co
Tokopedia dan Gojek dikabarkan telah mencapai kesepakatan awal untuk merger. Dilaporkan TechinAsia, dua unicorn kebanggaan Indonesia, telah menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat atau Conditional Sales & Purchase Agreement (CSPA).
Bagaimana pembagian sahamnya?
Bocoran ini disampaikan oleh platform D-Insight. Dalam bocoran laporan itu tertulis bahwa Gojek akan memegang kendali saham sebesar 60 persen. Sementara, Tokopedia 40 persen.
Apa kata Gojek dan Tokped?
Jika divaluasikan, kapitalisasi pasar kedua unicorn ini mampu menerobos urutan ketiga setelah BCA dan BRI. Sayangnya, kedua pihak enggan mengomentari lebih lanjut informasi merger ini kepada kami.
“Kami tidak dapat memberikan komentar terhadap rumor dan spekulasi di pasar,” kata Nila Marita, Chief Corporate Affairs, Gojek Group.
“Kami tidak dapat menanggapi spekulasi yang ada di pasar,” ungkap VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak.
Lalu, apa dampaknya jika merger ini terjadi?
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan merger Gojek dan Tokopedia punya dua sisi. Pertama, ekosistem ekonomi digital di Indonesia semakin terintegrasi.
“Misalnya Tokopedia dan Gojek bisa mendorong bisnis e-commerce lebih efisien, yakni dengan kerjasama pengiriman barang via Gojek dari platform Tokopedia. Begitu juga Tokopedia, kan masih tertinggal soal pembayaran dibandingkan ShopeePay, nah dengan kerjasama Gojek bisa kembangkan integrasi Gopay dengan platform ecommerce Tokopedia,” ungkap Bhima kepada Asumsi.co.
Jika merger terjadi, Indonesia bisa 'rajai' ASEAN
Bhima melanjutkan, jika integrasi berjalan mulus, maka Indonesia bisa jadi pemain besar di kawasan Asia Tenggara. “Tapi juga bisa lebih ekspansif khususnya ke pasar ASEAN,” ungkapnya.
Namun, Bhima juga memperingatkan dampak dari dominasi segelintir pemain yang bisa mempengaruhi persaingan usaha di Indonesia.
“Model ekonomi digital semakin oligopoli, dimana pemain besar cenderung menguasai pasar, sehingga menyulitkan pemain baru untuk bersaing. Ini perlu mendapat perhatian dari KPPU soal merger raksasa digital, apakah hambat inovasi baru atau tidak,” kata dia.
Ia menyontohkan kasus Alibaba di China. Pemerintah China mencegah gurita kapitalisasi pasar Alibaba. Tujuannya agar Alibaba tak menghambat inovasi pemain lain.
“Kasus Alibaba di China bisa jadi pelajaran bagaimana meregulasi raksasa digital. Alibaba dicegah untuk makin dominan karena menurut pemerintah China bisa hambat inovasi pemain baru,” jelasnya.
Peta persaingan tak akan berubah
Bhima juga mengungkapkan, peta persaingan baik bisnis e-commerce maupun ride-hailing tak akan berubah jika Gojek merger dengan Tokopedia.
Tokopedia tetap akan bersaing melawan Shopee dan Lazada di ranah e-commerce, sementara Gojek juga akan tetap bersaing dengan Grab di ranah ride-hailing dan food delivery. Begitu juga dengan Gopay yang harus bersaing dengan ShopeePay, OVO, dan LinkAja di ranah pembayaran digital.
Sementara itu, menurut pengamat digital Heru Sutadi, sinergi Gojek dan Tokopedia akan menghasilkan kekuatan yang mampu memberikan keuntungan kepada konsumen.
“Sementara terkait ke depan bisnis ini akan seperti apa, kita belum tahu, tapi kalau layanan seperti Gojek ini mau masuk ke segmen e-commerce tentunya butuh banyak waktu, nah dengan penggabungan ini tentu akan mempermudah dan saling bersinergi dengan Tokopedia. Dengan merger tersebut maka bisa di hari yang sama bahkan hitungan jam bisa segera sampai ke costumer,” kata dia.
*Ridwan Achmad

Pangeran, Mingguan: Hendrar Prihadi, Jadi Wali Kota Tidak Perlu Marah-Marah
Surat 5.45
Makasih tim 5.45 udah menemani pagi ku dengan insight dan berita baru..btw 5.45 sangat membantu aku klo buat nugass xixi...MANGATZZ PAGII
*Fiqohalhani
Thanks berat buat 5.45-nya, Asumsi! Sarapan pagi selalu lebih 'lezat' kalo ditambah asupan informasi harian dari 5.45. Keep it up!
*Dicka Ardiansyah
Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545
Iklan Baris
Dapoer Teh Yayah. jual sambal botolan dengan berbagai varian rasa yang enak banget: sambal cumi, sambal tetelan, teri medan, paru dan matah. harga 30rban aja. tersedia di tokped: www.tokopedia.com/dapoertehyayah
Jual Bibit Buah Murah. Kami menyediakan berbagai macam bibit buah berkualitas seperti durian,alpukat,mangga,jambu,dll. Semuanya hasil okulasi, minat bisa wa ke 082114376432
Jets Sweets. Jets.sweets specialize di new york-style cheesecake dan dessert box. Cek instagram @jets.sweets untuk cek menu dan pricelistnya yaa! Langsung dm aja untuk ordernyaaa ☺️
Mau pasang iklan gratis? Klik di sini