Asumsi 5.45

Share this post
Pejabat Ditangkap, Dicegat!
545byasumsi.substack.com

Pejabat Ditangkap, Dicegat!

Asumsi
Nov 26, 2020
Share this post
Pejabat Ditangkap, Dicegat!
545byasumsi.substack.com

Takkan pernah bisa melarikan diri

KILAS BALIK

Kami merangkum topik-topik yang berseliweran di media sosial setiap harinya, khusus untuk pembaca 5.45, supaya nggak ketinggalan informasi-informasi penting—atau menarik. Apa saja, sih, topik-topik yang kemarin ramai dibahas?

HARGA BUKU PULAU JAWA
Penasaran kenapa selalu ada label "Harga Pulau Jawa" di setiap sampul belakang buku-buku? Kamu bisa simak perbincangan penulis-penulis terkenal mengenai hal itu.

THE WEEKND NGGAK MASUK NOMINASI GRAMMY
Artisnya kecewa, pendengarnya kecewa. Sempat-sempatnya ada yang melucu kalau alasannya karena, "daftar nominasinya diumumkan pada waktu weekday." *criii*

STORY WHATSAPP KARAKTER HARRY POTTER
Kira-kira, begini unggahan story di Whatsapp setiap karakter Harry Potter. Tag yourself! Kalau saya, sih, Ron Weasley.

TERKINI

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo Ditangkap, Bukti KPK Tidak Lemah?

Foto: Ramadhan Yahya/Asumsi.co

Pengesahan revisi Undang-undang No. 19 Tahun 2019 tentang KPK tahun lalu menuai banyak polemik.

Kewenangan Dewan Pengawas KPK yang meliputi teknis penanganan perkara—memberikan izin untuk melakukan penyadapan, penggeledahan, dan penyitaan—dinilai akan mempersulit proses penyidikan KPK. Status pegawai KPK yang ditetapkan sebagai ASN pun dinilai mengancam independensi lembaga ini.

Singkatnya, orang-orang mengatakan: KPK telah dilemahkan?

Namun, pagi ini (25/11), lembaga antirasuah tersebut menangkap Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo. Apakah "keberhasilan" ini membuktikan sebaliknya? Bagaimana tanggapan para pengamat politik dan pengamat kebijakan antikorupsi?

Peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum UGM, Rimawan Pradiptyo

Rimawan mengaku terkejut atas keberhasilan KPK menangkap seorang menteri.

“Di dalam undang-undang 19/2019 sendiri, itu sangat dibatasi sekali bagaimana KPK bisa melakukan penyadapan. Banyak hal yang perlu dilewati dan itu mempersulit KPK sendiri, tidak seperti dulu,” ujarnya.

“Cuma sekarang pertanyaannya: apakah ini hanya jadi kasus khusus atau akan menjadi praktik yang umum di masa depan?” kata Rimawan ketika dihubungi Asumsi.co (25/11).

Pengamat hukum Universitas Trisakti, Abdul Ficar Hajar

Abdul menyatakan ada ketidaksamaan semangat antikorupsi di level penyidik dan pimpinan KPK.

“Di level penyidik tetap ada semangat independen, tapi coba dengar pernyataan Ketua KPK-nya, Firli Bahuri, yang menyatakan bahwa ditangkapnya Menteri Edhy Prabowo hanya untuk dimintai keterangan,” katanya.

“Kan konyol pernyataan seperti ini. Meskipun benar, tetapi logikanya ditangkap itu OTT [operasi tangkap tangan] sudah ada buktinya. Inilah buktinya KPK dilemahkan dengan UU-nya, termasuk oleh pimpinannya.”

Pengamat politik Ray Rangkuti

Jika dibandingkan dengan sebelum revisi UU KPK disahkan, menurut Ray, kinerja KPK saat ini  menurun drastis. Dia menyatakan bahwa penangkapan Edhy Prabowo perlu diapresiasi, tetapi bukan bukti bahwa KPK tidak dilemahkan.

“Menyatakan bahwa KPK nggak lemah gara-gara penangkapan ini juga terlalu terburu-buru. Ini kan baru sekali dari pengabdian satu setengah tahun. Seperti kita ketahui, bahkan untuk OTT kepala daerah pun KPK itu lambat sekali,” ujar Ray ketika dihubungi Asumsi.co (25/11).

Menurut Ray, penilaian terhadap kinerja KPK harus juga didasari pada kemampuan lembaga tersebut mengembangkan kasus.

“Kalau hanya berhenti [menangkap] di dua-tiga orang, juga aneh. Kita belum tahu siapa pihak lain yang ditangkap. Nggak mungkin kasus korupsi seperti ini tidak ada pihak swasta yang terlibat,” katanya.

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana

Menurut Kurnia Ramadhana, KPK mesti berkaca pada kasus suap yang melibatkan Harun Masiku dan Wahyu Setiawan selaku mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Meski Wahyu Setiawan divonis 6 tahun penjara, Harun selaku pemberi suap masih buron hingga saat ini.

“ICW melihat bahwa tidak seluruh pimpinan menaruh perhatian yang serius untuk menuntaskan perkara tersebut... Ini jangan sampai terulang lagi,” katanya.

Kurnia juga menyorot selisih komunikasi antara pimpinan dan Dewan Pengawas KPK. Dalam kasus Harun Masiku yang merupakan eks-Caleg PDIP, katanya, kantor DPP PDIP bahkan tak digeledah.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengatakan penggeledahan tersebut masih menunggu izin dari Dewan Pengawas KPK. Namun, di sisi lain, Dewan Pengawas menyatakan “tidak pernah menolak permohonan izin KPK untuk penindakan seluruhnya”.

“Kami menduga keras pimpinannya [KPK] yang tidak pernah mengirimkan izin kepada dewas. Itu bukti konkret untuk menyatakan bahwa proses izin KPK sekarang berbelit-belit,” ujar Kurnia.

ICW dalam kajiannya menyorot berbagai problematika KPK di bawah kepemimpinan Firli Bahuri selama Desember 2019-Juni 2020:

1. Jumlah tangkap tangan merosot tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya;

2. Menghasilkan banyak buronan;

3. Tidak menyentuh perkara besar;

4. Gagal melakukan tangkap tangan;

5. Penanganan perkara yang sengkarut;

6. Abainya perlindungan saksi.

“Dari lima orang pimpinan, sebagian besar lebih menginginkan KPK mengandalkan pencegahan saja. Kami beranggapan pemberantasan korupsi tidak bisa hanya mengandalkan pencegahan. Tapi semua harus berjalan beriringan,” tambahnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Rimawan. “Nggak ada yang namanya pencegahan tanpa penindakan yang kuat. Orang cuma diminta melakukan pencegahan tanpa kemampuan untuk melakukan penindakan, itu sama saja bohong," ujarnya.

*Permata Adinda & Ramadhan Yahya

DUNIA

Mantan Presiden De Facto Bolivia Dicegat Rakyat Saat Coba Melarikan Diri

Foto: Wikimedia Commons

Sekelompok warga mendengar desas-desus bahwa mantan Presiden de facto Bolivia, Jeanine Áñez akan mencoba melarikan diri dari negara tersebut setelah Luis Arce, capres dari partai sayap kiri Movimiento al Socialismo (MAS) terpilih kembali.

Eh, eh... Bu Áñez mau kemana, nih?
Ke negara sepak bola.
Bukan Italia, bukan juga Argentina.
London? bukan juga, hahaha.
Jawabannya adalah: Brasil. 

Sayangnya...
Belum sempat naik pesawat untuk melarikan diri, Bu Áñez keburu dicegat untuk naik pesawat oleh sekelompok warga.

Perwakilan warga yang mencegat Áñez di Beni, Bolivia Utara, mengumumkan bahwa mereka mencegah mantan Presiden ini naik pesawat di bandara Jorge Henrich Arauz di kota perbatasan Trinidad

"Kami memojokkannya saat dia [mencoba] melarikan diri ke Brasil. Kami menangkap dan mengurungnya di sebuah apartemen. Sekarang dia harus bertanggung jawab soal pembunuhan di Senkata dan Sacaba," kata juru bicara itu kepada TeleSur.

Sudah lebih dahulu ditinggal rekan-rekannya kabur
Sial betul nasib Bu Áñez. Pekan lalu, mantan menteri de facto Arturo Murillo berhasil melarikan diri dari negara itu dan tiba di Panama. Sementara mantan Menteri Pertahanan Fernando Lopez berada di Brazil.

Terkait hal ini, tiga pejabat Direktorat Migrasi Bolivia ditangkap karena membiarkan orang-orang tersebut melarikan diri.

Kenapa melarikan diri?
Setelah Presiden terpilih, Luis Arce, dilantik, terungkap bahwa korupsi yang merajalela selama pemerintahan de facto. Hingga saat ini, sudah ada 24 kasus.

Itu belum termasuk gugatan terhadap Añez atas pembantaian di beberapa daerah yang terjadi pada November 2019, antara lain di Sacaba, Cochabamba, Senkata, dan El Alto, yang direkomendasikan Majelis Legislatif Plurinasional kepada Kantor Kejaksaan Umum (Fiscalía), Oktober lalu. Menurut dokumen rekomendasi tersebut, Añez akan didakwa atas dugaan kejahatan genosida, penyiksaan, dan penghilangan paksa.

Kembalinya Kamerad Evo 
Dengan kemenangan Capres dari MAS, Luis Arce, dalam Pilpres ulang Bolivia, mantan Presiden Evo Morales yang tahun lalu mengalami kudeta telah kembali dari pengasingannya di Argentina, dan disambut meriah oleh warga Bolivia.

Sejak kekembaliannya ke Bolivia, ia berulang kali menyerukan dakwaan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas pembantaian di El Alto pada 2019, termasuk pihak kepolisian yang berperan dalam kudeta.

*MM Ridho

TERKINI

Lika-Liku Kehidupan "Abdi Negara"

Foto: dpr.go.id

"Apa yang spesial dengan gaji kecil yang sering dirapel?" pikir saya kalau membayangkan pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS). Tentu, tidak pernah sampai hati saya sampaikan kepada beberapa teman yang penuh semangat berlatih dan belajar untuk masuk sekolah kedinasan di penghujung masa SMA kami.

Saya selalu heran, apa yang mereka harapkan dari pekerjaan tersebut. Pastilah ada sesuatu yang mereka harapkan dari pekerjaan ini. Padahal, kalau tidak sibuk setengah mati, ya, gabut setengah mati. Gajinya? Tetap pas-pasan, menurut saya.

Memang begitu gambaran yang saya dapatkan dari kehidupan Ibu saya, seorang pensiunan petugas kesehatan. Seingat saya juga, tidak pernah satu kali pun ia meminta saya untuk mengikuti jejaknya. Jangankan meminta saya untuk mengikuti tes seleksi CPNS, menanyai ketertarikan saya pun tidak. Sudah pasti bukan 

Tapi semakin umur bertambah, saya semakin terbiasa melihat obsesi orang-orang di sekitar untuk menjadi PNS. Tiap tahunnya, pasti ada saja berita yang melaporkan korban penipuan tes seleksi CPNS palsu.

Yang cukup mencengangkan, anak-anak metal yang saya pikir hidupnya santai dan penuh dengan semangat pemberontakan itu memperlihatkan perilaku yang sama: entah terobsesi atau merasa tertekan dengan tuntutan untuk menjadi PNS, sampai menghasilkan karya adiluhung seperti ini.

Hampir semua orang ingin jadi PNS. Seberapa menjanjikan, sih, bekerja sebagai PNS?

Beruntungnya, saya berkesempatan untuk mewawancarai dua sosok PNS untuk mengetahui berbagai lika-liku kehidupan PNS. Pertama, Ahmad Taufiq (33), biasa aktif mencoret-coret surat kelembagaan yang tidak ditulis dengan benar di akun Twitter-nya, @TrendingTopiq. Kedua, Agni Budi Satrio (58), seorang pensiunan Kepala Bagian Prasarana Fisik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR).

Meski meminta instansinya di rahasiakan, Taufiq tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan spenuh hati. Silakan simak perbincangannya:

Di usia berapa kamu jadi PNS? 

Resminya sejak 2007, di usia 21.

Apa yang menyebabkan kamu memilih jadi PNS?

Apa ya... kayaknya ekonomi, ya. Pada waktu itu, kebetulan tempat saya kuliah itu membuka program kuliah ikatan dinas. Lulus dari situ, jadi pegawai negeri.

Kalau dari hati kamu sendiri, apakah PNS adalah pekerjaan yang kamu idamkan?

Kalau umur segini kemudian melihat realitas susahnya mencari pekerjaan di Indonesia, menggunakan kata diidamkan itu kayaknya terlalu mewah. Yang pasti, barang kali: yang realistis apa, gitu aja sih. Soalnya sejauh ini, ditimbang dari manfaat maupun kerugiannya, kalau saya harus berpendapat: Meskipun PNS adalah pekerjaan sering dianggap sebelah mata oleh sebagian orang, tidak heroik, dan banyak problem lainnya, itu adalah pekerjaan yang punya jaring pengaman sosial paling kuat. Di antara kelas proletar lainnya, ya. hahaha

Selama 13 tahun menjalani tugas "abdi negara", apakah ada cerita pilu yang kamu alami?

Kalau dibilang pilu, barangkali ada. Tapi, sebenarnya saya yakin ada banyak orang lain di luar sana yang [pengalamannya] lebih pilu Jadi kalau misalnya ini saya ceritakan, bukan berarti orang lain akan hidupnya sama seperti saya. 

Tentu ada banyak PNS yang nasibnya lebih-lebih, barangkali, tidak seberuntung saya ya. Kalau pilunya, sih, paling karena dulu penempatan pertama itu di daerah remote area. Di Subulussalam, Aceh.

Saya kan dari Jawa, nih. Subulussalam itu kalau dari Jawa harus naik pesawat ke Medan. Kemudian, dari Medan harus menempuh jarak jalur darat itu 8 jam. Itu melewati hutan, perkebunan sawit, baru sampai ke Subulussalam.

Itu sebetulnya juga dibilang pilu ya, barangkali [waktu] dulu. Kalau sekarang, sih, setelah melihat cerita dari teman-teman yang lebih memprihatinkan daripada saya, yang saya alami dulu istilahnya bukan pilu lagi, udah jadi komedi aja.

Berarti, ada orang-orang yang merasakan pengalaman lebih pilu?

Iya, dong. Maksudnya begini: kendala yang saya rasakan paling cuma jarak, jauh dari keluarga dan kampung halaman. Di luar sana, saya yakin ada banyak PNS yang mengalami lebih banyak masalah. Saya di Aceh ini kan posisinya masih Indonesia Barat, saya orang Jawa, saya [beragama] Islam, kemudian di Aceh juga mayoritasnya Islam.

Dari situ saya punya privilese yang barangkali orang lain nggak punya. Misalnya, agamanya minoritas, di luar sana barangkali ada PNS yang etnisnya minoritas juga, di tempat yang jauh dari kampung halaman, jauh dari pusat kota, remote area, akses pendidikan sulit, akses transportasi sulit, akomodasi sulit, biaya hidup mahal, dan belum lagi penghasilannya yang dikatakan cukup juga belum. Ada hal-hal yang seperti itu.

Itulah kenapa saya menganggap apa yang saya alami itu, sekarang sudah nggak pilu lagi, itu cuma komedi. Ada yang lebih layak untuk menjadi sorotan dan perhatian dibanding seperti yang saya alami.

Berdasarkan ceritamu, kamu sudah berulang kali dipindahtugaskan. Kalau boleh tahu, secara general pekerjaan kamu tuh ngapain aja?

Saya baru pertama kali itu di remote area dari 2007 sampai 2011, setelah itu saya pindah ke Jakarta, kemudian satu tahun terakhir ini saya di Makassar.

Waktu di remote area pekerjaan saya sebatas administratif. Tapi secara garis besarnya, saya turun ke lapangan mengumpulkan data-data, antara lain luas tanah, bangunan, membuat peta, menginput data dan lain sebagainya. 

Setelah saya pindah ke Jakarta, saya di call center. Relatif lebih enak ya karena di pusat kota. Pendidikan juga lebih gampang, bisa lanjut kuliah lagi, pekerjaannya juga nggak seberat di Aceh.

Kalau sekarang di Makassar pekerjaannya auditing.

Menurut kamu, apa enaknya jadi PNS?

Enaknya ini juga nggak bisa disamaratakan. Cuma, kalau secara garis besar, kalau ada mimpi teman-teman sosialis tentang kondisi buruh yang ideal, barangkali yang mendekati, ya, PNS. Jaring pengaman sosialnya banyak, kerjanya nggak seberapa. [Tidak seperti] teman-teman yang di sektor manufaktur, misalnya dengan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang rawan; di tempat yang berisiko tinggi.

Di tempat kami, barangkali, ada juga yang risiko tinggi. Cuma kalau secara garis besar, sih, PNS itu bisa dibilang pekerjaan di Indonesia yang jaring pengaman sosialnya paling kuat.

Berarti, stereotip PNS yang santai dan terjamin itu benar?

Bisa benar, bisa tidak. Maksudnya, kata “santai” ini sendiri kan bersayap, ya. Apakah santai itu buruk? Santai pun kembali ke pribadi masing-masing. Ada orang yang memanfaatkan kondisi itu; ada orang yang sadar sudah melakukan tugas sesuai job description. Kalau itu selesai, sudah memenuhi kewajiban, sudah bekerja secara profesional, kalau ada waktu luang, itu leisure time, kan?

Nah, saking banyaknya leisure time, sampai ada stereotip yang melekat: bahwa PNS adalah pemain profesional e-sport Zuma. Sampai-sampai ada perlombaan resminya Apakah kamu suka main Zuma juga?

Saya nggak main Zuma, tapi main Candy Crush, hahaha.  Nggak, nggak. Terus terang, saya bukan gamer, bahkan untuk game Zuma dan Candy Crush juga nggak. Tapi saya main medsos, sih. Kalau ditanya apa yang bisa mendistraksi dari pekerjaan, itu malahan medsos.

Lagi-lagi, newsletter 5.45 tidak mampu memuat seluruh perbincangan saya dengan Taufiq. Tapi jangan khawatir, kamu bisa simak versi komplitnya di website Asumsi sekaligus perbincangan dengan Agni Budi Satrio yang belum saya sertakan di sini.

Oh ya, rekan-rekan saya yang lainnya juga menulis laporan tematik tentang kehidupan "Abdi Negara" yang lebih dari layak untuk kamu simak. Saya coba bocorkan sedikit:

Permata Adinda sampai harus mendekam selama dua hari di Perpustakaan Nasional demi menelusuri jejak sejarah pegawai negeri sipil di Indonesia, yang pada zaman VOC berkuasa disebut sebagai pangreh praja atau “penguasa kerajaan”.

Faisal Irfani bakal menyajikan curhatan pilu tenaga honorer di instansi pemerintahan Indonesia.

Terakhir, Ramadhan Yahya akan menyuguhi kamu dengan esai foto ciamik tentang kehidupan guru honorer revolusioner yang berhasil membawa muridnya menjuarai lomba debat di Universitas Indonesia.

Jadi, pastikan kamu nggak ketinggalan laporan-laporan menarik ini di website Asumsi, ya!

*MM Ridho

Surat 5.45

Terima kasih sudah memberikan bacaan yang baik setiap paginya, sebelum mengantar ibu ke sekolah & memulai perkuliahan yang menjenuhkan.

*Fasa

Semoga kru 5.45 sehat selalu dan semakin ciamik dalam menulis artikel unyu yang informatif. Terima kasih sudah membahas indomie, makanan favorit kita semua. Asumsi jaya jaya jaya!

*Afryansyna

Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545

Iklan Baris

Halaman 18. Buat siapa aja yang nyari buku apa aja, mampir ke ig halaman 18 agar lebih jelas. Kami siap bantu cari hingga pelosok negeri, 100% Ori!

Taste Encounter. Looking for a delicious healthy dessert? Check out Taste Encounter! Will be your next favorite!

Kaosin Dund. Jual kaos batik limited edition dibawah 100 ribu dengan 6 varian desain menarik.

Mau pasang iklan gratis? Klik di sini

Share this post
Pejabat Ditangkap, Dicegat!
545byasumsi.substack.com
TopNew

No posts

Ready for more?

© 2022 Asumsi
Privacy ∙ Terms ∙ Collection notice
Publish on Substack Get the app
Substack is the home for great writing