Gelap di Australia, Terang di Argentina
Tentara Membawa Kabar

TERKINI
Bobrok Serdadu Australia di Afghanistan

Foto: Asumsi.co
Awan gelap tak henti menyelimuti benua Kanguru. Usai diserang keganasan pandemi Covid-19, kali ini, bobrok militer mereka jadi bentuk serangan (tak terduga) berikutnya. Dosa para serdadu yang bertugas di Afghanistan dibuka secara gamblang.
Apa dosa mereka?
Hasil investigasi yang sudah dilakukan, selama empat tahun lebih, sejauh ini, menyimpulkan bahwa terdapat 25 pasukan khusus yang terlibat dalam 23 insiden pembunuhan—di luar perang—dan menewaskan 39 orang. Korban yang meninggal kebanyakan ialah petani, warga sipil, sampai tahanan penjara.
Kapan insiden ini berlangsung?
Aksi kejam tersebut dilakukan dalam rentang waktu sekitar 2009 hingga 2013.
Apa yang menjadi penyebab praktik semacam itu muncul?
Sumber dalam militer Australia menyebut bahwa kekejian seperti itu bisa lahir sebab adanya tradisi turun-temurun yang disebut “blooding.” Secara umum, “blooding” merupakan ajang para serdadu muda mencari target pembunuhan pertamanya, imbas dari perintah atasan mereka. Agar jejak pembunuhan tersebut dapat terlihat seperti insiden yang tidak disengaja, para serdadu akan menanam senjata dan alat bunuh lainnya di dekat tubuh korban.
Bagaimana respons pemerintah Afghanistan?
Mereka meminta pelaku dapat ditindak seadil-adilnya atas apa yang sudah dilakukan.
Dan bisakah keadilan ditegakkan dalam kasus ini?
Bisa, tapi perlu keinginan yang kuat sekaligus proses dan waktu yang tidak sebentar. Elaine Pearson, Direktur Human Rights Watch Australia, mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman sebelumnya, satu hal yang jadi tantangan dalam mengusut kasus kejahatan perang hingga tuntas yakni keinginan politik negara bersangkutan.
Hmm, jadi teringat Indonesia. Apa kabar 1965?
DUNIA
Nasib Terang Legalisasi Aborsi di Argentina

Foto: Wikimedia Commons
Langkah progresif tengah ditempuh Argentina. Baru-baru ini, Presiden Alberto Fernandez berjanji akan segera mengesahkan peraturan soal legalisasi aborsi.
Bagaimana perjalanan upaya ini?
Di Argentina, aborsi merupakan tindakan melanggar hukum, kecuali akibat pemerkosaan dan keberadaan jabang bayi yang mengancam hidup si ibu. Pada 2018, Senat Argentina menolak rancangan aturan yang memperbolehkan aborsi untuk kehamilan hingga 14 minggu.
Keadaan berubah tatkala Fernández naik kursi kepresidenan pada akhir 2019. Dia berjanji bakal meloloskan legalisasi aborsi, didasari argumen bahwa aborsi merupakan “kepentingan kesehatan publik.”
Langkah Fernández sempat terganjal pemberlakuan lockdown akibat pandemi. Namun, tekanan yang kuat dari demonstran yang memenuhi jalanan Buenos Aires perlahan mendorongnya menempatkan kembali isu aborsi sebagai salah satu prioritas.
Mengapa aturan aborsi penting untuk disahkan?
Menurut Human Rights Watch, ribuan perempuan dan anak perempuan di Argentina terancam berada dalam kondisi bahaya setelah upaya meloloskan aturan aborsi gagal terwujud pada 2018. Pasalnya, mereka yang memiliki kehamilan tidak diinginkan terpaksa melakukan aborsi secara diam-diam dan tak sesuai prosedur medis, dengan kata lain: tak aman.
Selain Argentina, ada negara lain yang melegalkan aborsi?
Argentina akan jadi negara pertama yang membolehkan aborsi di kawasan Amerika Latin. Mayoritas negara di kawasan ini masih menganggap aborsi sebagai perbuatan melanggar hukum—kecuali dalam kondisi yang sangat mendesak.
*Faisal Irfani
TERKINI
Gertak Tentara untuk FPI

Ilustrasi: Ikbal/Asumsi.co
Berita soal FPI kayak nggak habis-habis bermunculan, bor.
Apa lagi kali ini?
Keriuhan muncul usai baliho dengan gambar Rizieq Shihab dicopot atas perintah Panglima Daerah Militer Jayakarta (Pangdam Jaya), Mayjen TNI Dudung Abdurachman. Pencopotan, menurut Dudung, dilakukan karena dinilai menyalahi aturan. Berkali-kali dilepas, berkali-kali pula dipasang lagi.
Udah gitu aja?
Tentu saja tidak. Dudung bahkan mengobarkan gertak perlawanan terhadap FPI. Bila FPI masih melanggar aturan lagi, dalam hal ini pemasangan baliho, maka dia tak ragu buat mengerahkan personelnya buat menindak tegas.
“Jangan seenaknya sendiri seakan dia paling benar. Tidak ada itu. Jangan coba-coba, kalau perlu FPI bubarkan saja!”, katanya di hadapan para personelnya.
Di mana kontroversinya?
Pengamat menilai apa yang dilakukan Dudung, dalam konteks ini mewakili militer, sudah di luar kewenangan. Tidak seharusnya TNI bertugas melakukan pencopotan baliho, mengingat ada Satpol PP yang biasa menjalankannya. Sementara lainnya beranggapan bahwa langkah Pangdam Jaya termasuk bentuk politik praktis, yang mana dilarang bila mengacu regulasi yang ada.
Ayok, besok apa lagi, nih, keributannya~
*Faisal Irfani
Surat 5.45
Terimakasih Asumsi atas email pagi yang bergizi :)
*Winda
Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545
Iklan Baris
Meatbros. The best fresh meat served from south tangerang. Kualitas premium, harga bersahabat untuk penggemar bbq.
Astra credit. Yang mau kredit mobil atau butuh dana cepat, tenang, acc adalah solusi terbaik yang kamu butuhkan. Dengan segala promo menarik, dijamin kamu bakal puas deh.
Mau pasang iklan gratis? Klik di sini