RUU Pelarangan Miras Akan Datang?
The piano has been drinking, not me

ANGKAT GELAS KITA BERSULANG
RUU Pelarangan Minuman Beralkohol Sedang Jadi Buah Bibir

Sumber Foto: Unsplash
Selasa (10/11) lalu, satu lagi RUU yang dapat bikin rakyat menggelinjang diperbincangkan di Gedung DPR. RUU Larangan Minuman Beralkohol (Minol) dibahas kembali setelah beberapa tahun terbengkalai. Pengusulnya? 21 anggota DPR, yang terdiri dari 18 anggota Fraksi PPP, dua anggota Fraksi PKS, dan seorang anggota Fraksi Gerindra.
Sambil menghela napas panjang, mari kita bahas RUU ini.
Memangnya RUU ini mengatur apaan?
Dari namanya saja sudah jelas: RUU ini hadir untuk melarang siapapun memproduksi minuman beralkohol, membatasi habis-habisan konsumsi minuman beralkohol, menjaga masyarakat dari dampak negatif miras, dan menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya miras serta menjaga--dua kata favorit kami--ketertiban dan ketentraman.
Telisik lebih jauh draft RUU ini, dan kamu akan menemukan sekian banyak pasal yang bikin kebakaran jenggot. Pada Pasal 20 Bab VI, misalnya, siapa saja yang mengkonsumsi minuman beralkohol dipidana penjara paling sedikit tiga bulan dan paling lama dua tahun atau didenda paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp50 juta.
Pada Pasal 18 Bab VI, siapa saja yang memproduksi minuman beralkohol bisa dipenjara maksimal 10 tahun atau denda maksimal Rp1 miliar. Sementara pada Pasal 19 Bab VI, orang yang memasukkan, menyimpan, mengedarkan, dan menjual minol bisa dijerat pidana penjara maksimal 10 tahun atau denda paling banyak Rp1 miliar.
Sebentar. Semua orang?
Ada pengecualian kok. Menurut Pasal 8 angka (2) Bab III, pengecualian RUU Minol diberikan untuk kepentingan adat, ritual keagamaan, wisatawan, farmasi, dan di tempat-tempat yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan.
Hah... Ini RUU dari mana datangnya?
RUU Minol sudah diwacanakan sejak 2009, tapi saat itu cuma Fraksi PPP yang ngebet ingin RUU ini dibahas, dan sampai masa jabatan DPR saat itu beres, RUU tersebut tetap menjadi wacana. Pada periode berikutnya, PKS memberikan dukungan juga, dan RUU Minol akhirnya dibahas di Senayan.
Pada 2015, DPR membentuk Panitia Khusus untuk RUU ini yang dikepalai Arwani Thomafi, anggota Fraksi PPP. Namun, sampai masa jabatan DPR periode 2014-2019 berakhir, RUU ini tidak kunjung rampung.
Penyebabnya? DPR tidak sepakat soal definisi. PPP, PKS, dan PAN setuju menggunakan istilah “Larangan.” Namun Fraksi PDI-P, Gerindra, Hanura, dan Nasdem lebih setuju penggunaan istilah “Pengendalian dan Pengawasan” Minuman Beralkohol. Sampai akhir masa jabatan, RUU ini mangkrak.
Kemudian, tiba-tiba RUU ini masuk lagi dalam Prolegnas Prioritas 2020.
Gimana tanggapan orang-orang?
Sudah pasti, RUU ini kontroversial. Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, berbusa-busa mendukung RUU ini. Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa’adi mengaku heran bahwa “di negara Pancasila yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama, peredaran miras begitu bebas.”
Sebaliknya, RUU ini ditentang oleh kelompok masyarakat sipil, pebisnis, bahkan politisi di Senayan. Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) dan Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) sama-sama mempertanyakan urgensi RUU tersebut. Apalagi, pengendalian alkohol sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Indonesia No. 25 Tahun 2019 dan Pasal 300 dan Pasal 492 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Sementara, Grup Industri Minuman Malt Indonesia (GIMMI) menyatakan aturan tidak jelas ini berisiko mengganggu iklim investasi. Terlebih lagi, konsumsi alkohol per kapita di Indonesia cuma 1 liter per kapita per tahun, jauh tertinggal dari Malaysia yang 15 liter per kapita per tahun, sehingga tidak benar bahwa rakyat Indonesia darurat kecanduan alkohol.
Asosiasi Pengusaha Indonesia pun mengeluh bahwa aturan baru percuma bila tidak dibarengi oleh penegakan hukum yang tegas. Menurut Apindo, seharusnya ada aturan yang memastikan bahwa pengawasan konsumsi diterapkan dengan baik agar alkohol tidak disalahgunakan. Bukannya malah ada pembatasan produksi dan distribusi.
Suara dari Senayan sendiri lebih simpang siur. Ketua Pansus RUU Minol, Arwani Thomafi, mengklaim bahwa semua fraksi di DPR sepakat soal perlunya pengendalian minol. Persoalannya cuma penggunaan istilah “pelarangan” atau “pengendalian dan pengawasan.”
Namun, tak sedikit anggota DPR yang skeptis. Anggota Badan Legislasi DPR dari Fraksi Golkar, Christina Aryani, mengatakan bahwa RUU Minol “akan mematikan banyak usaha dan menimbulkan pengangguran”. Terlebih lagi, rujukan yang digunakan para pengusul dalam naskah akademik berasal dari tahun 2007 dan 2014, sehingga datanya usang.
Tanggapan paling ajaib datang dari Anggota Baleg Fraksi Golkar, Firman Soebagyo. “Saya paham kekhawatiran minuman beralkohol berisiko, memang.” Ucapnya, sebelum mengutarakan observasi brilian: “Saya rasa tidak hanya minuman beralkohol saja [yang beresiko]. Saya pernah baca di media ada lomba berlebihan makan [ayam] kentucky, meninggal juga,” kata Firman.
Apakah habis ini bakal ada RUU Pelarangan Ayam Kentucky? Kita tunggu saja tanggal mainnya.
*Raka Ibrahim
OH, TRUMP!
Pentagon Baru Saja Disesaki Loyalis Trump

Sumber Foto: Unsplash
Jangan harap Donald Trump bakal mau melepaskan takhtanya dengan tenang. Setelah menolak mengakui kekalahannya di Pilpres AS dan malah mengajukan gugatan hukum yang tak berdasar, sang petahana kini berulah di Pentagon.
Keributan dimulai Senin (9/11) lalu, saat Trump tiba-tiba memecat Menteri Pertahanan Mark Esper. Sejak lama, Esper sering cekcok dengan Trump. Tapi belakangan ini, Esper bikin Trump ngambek gara-gara sang Menhan menolak memerintahkan tentara untuk turun ke jalan dan membubarkan demo Black Lives Matter.
Setelah Esper ditendang, petinggi-petinggi Pentagon mundur satu per satu dan posisinya digantikan loyalis Trump. Banyak di antara mereka punya latar belakang yang ganjil, ngeri, dan mengkhawatirkan.
Beberapa tokoh kunci baru yang harus kamu kenal.
Anthony Tata, menjabat sebagai ketua Departemen Kebijakan Pentagon. Brigjen pensiunan ini kerap muncul di Fox News sebagai komentator, dan pernah disorot habis-habisan karena menuding Barack Obama adalah “pemimpin teroris yang ingin menghancurkan Israel.” Ia juga penulis serial novel thriller politik dengan judul-judul menggetarkan sukma seperti Sudden Threat, Ghost Target, dan Three Minutes to Midnight.
Kash Patel, menjadi Kepala Staff untuk Menhan baru, Chris Miller. Patel berperan penting menenggelamkan investigasi soal intervensi Rusia terhadap Pemilu AS 2016 yang memenangkan Trump.
Douglas MacGregor, penasihat khusus Menhan. Kolonel pensiunan yang sempat diajukan jadi Dubes Jerman, tapi gagal karena serangkaian pernyataannya yang kontroversial. MacGregor menyebut gelombang imigran terdiri dari “penjajah Muslim”, mengatakan bahwa imigran harus ditembak di perbatasan AS, dan kerap menyebarkan teori konspirasi.
Bagaimana tanggapan di AS?
Sudah pasti banyak orang mencak-mencak. Trump dituding ingin melakukan “kudeta merangkak” dengan memanfaatkan koneksi loyalisnya di Pentagon. Menanggapi rumor ini, tokoh senior partai Republikan seperti Mitch McConnell dan John Cornyn mengajak jumpa Direktur CIA, Gina Haspel, seraya menegaskan bahwa intelijen tidak boleh memihak fraksi politik manapun.
Sementara figur partai Demokrat seperti Adam Smith mengatakan bahwa perubahan di level top Menhan “amat berbahaya”, terutama di masa transisi antar Presiden. Anggota Komite Intelijen di Senat AS, Mark Warner, juga menyatakan bahwa hal seperti ini “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Namun, banyak pakar intelijen menganggap upaya Trump ini tidak akan berujung apa-apa. Mark Cancian, eks petinggi Menhan AS, memperingatkan bahwa “semua petinggi militer masih ada di sana”, dan sejak dulu militer tak pernah mau mencampuri urusan sipil di dalam negeri.
Eugene Gholz, eks penasihat Pentagon, malah menawarkan analisis yang lebih slebor. “Trump cuma ingin memberi posisi senior untuk orang-orang loyalnya,” ucapnya. “Jadi kalau mereka cari kerjaan lagi saat partai Republikan berkuasa, mereka bisa bilang, ‘Tuh, aku pernah jadi pejabat Menhan, walau cuma sebentar.’”
*Raka Ibrahim
WARTA DUNIA
Evo Morales Pulang Kampung, Satu Bolivia Bergembira

Sumber Foto: Wikimedia Commons
Setahun setelah ia terpaksa mengasingkan diri, Evo Morales, eks-presiden Bolivia kembali ke kampung halamannya. Disambut puluhan ribu pendukung yang terharu, ia melawat ke Chimore, kota mungil di tengah hutan tempat ia dilahirkan, 61 tahun lalu.
Acara ini bertambah penting, sebab persis setahun lalu, pada 11 November 2019, Morales meninggalkan negaranya dari bandara Chimore. Ia dijemput pesawat dari AU Meksiko yang mengevakuasinya dari ancaman tentara, dan selama setahun, ia terpaksa mengasingkan diri di Meksiko dan Argentina selagi negara yang ia pimpin selama belasan tahun mengalami krisis berkepanjangan.
Apa yang terjadi sebelum kepulangan Morales? Mengapa kehadiran kembali Morales begitu penting sekaligus mengkhawatirkan bagi rakyat Bolivia?
Apa yang terjadi sebelumnya?
Tidak berlebihan kalau kami bilang Evo Morales sosok yang populer di Bolivia. Ia dianggap sukses mendongkrak ekonomi negara dan memperbaiki kehidupan masyarakat miskin selama 14 tahun menjabat. Selain itu, ia presiden pertama yang berasal dari suku asli Bolivia. Semua ini memperkuat citranya sebagai presiden yang merakyat dan dicintai masyarakat kecil.
Namun, beberapa tahun terakhir, Morales mulai diterpa kritik. Ia dituding korup dan ogah melepas kekuasaan ke orang lain. Tahun lalu, Morales mencoba jadi presiden untuk periode keempat berturut-turut, menentang hasil Referendum tahun 2016 yang tak mengizinkan tindakan tersebut.
Saat itulah, negara api menyerang.
Aparat dan militer Bolivia mengkudeta Morales dan memaksanya mengasingkan diri ke Meksiko. Jeanine Anez, salah satu tokoh oposisi, mengambil alih kekuasaan dan berjanji akan memimpin Bolivia dalam damai menuju Pemilu berikutnya. Tentu saja, semua itu tidak terjadi.
Anez dan Arturo Murillo, eks-Menteri Dalam Negeri, dibenci publik karena bertindak represif dan mengekang kebebasan sipil. Lebih buruk lagi, mereka main api dengan kelompok suku asli Bolivia. Saat berkampanye Januari 2020 lalu, misalnya, Anez meminta publik memilihnya agar “orang-orang liar itu tak kembali berkuasa.”
Rakyat Bolivia angkat bicara melalui bilik suara. Anez dan kandidat lainnya, Carlos Mesa, keok dalam pemilihan presiden Bolivia. Pemenangnya? Tokoh sayap kiri, eks-Menteri Keuangan, dan rekan satu partai Morales, Luis Arce.
Terus, apa yang akan terjadi sekarang?
Nah, ini yang jadi kekhawatiran banyak orang. Tidak ada yang meragukan bahwa setelah Morales dikudeta, Anez menindas rakyat Bolivia. Tidak ada pula yang meragukan bahwa Morales dan partainya sukses memimpin Bolivia. Persoalannya, kritik soal keengganan Morales turun dari takhtanya juga masuk akal.
MAS, partai Morales, punya dua tugas: pertama, mereka harus merebut kembali kekuasaan. Ini gampang dilakukan, sebab hampir semua rakyat Bolivia entah pro-Morales atau antipati terhadap pemerintahan Anez. Kedua, MAS harus membuktikan bahwa sekalipun bukan Morales yang jadi Capres, mereka tetap bisa menang Pemilu. Keduanya berhasil mereka lakukan, dan posisi mereka kuat.
Banyak pengamat berpendapat bahwa meski Morales masih dicintai rakyat Bolivia, loyalis di MAS sekalipun setuju bahwa ia sebaiknya tidak jadi presiden lagi. Arce menyambut mudiknya Morales dengan gembira, tapi ia bersikeras bahwa Morales tak akan jadi bagian dari pemerintahannya. Rata-rata rakyat Bolivia sepakat bahwa Morales sepatutnya pensiun dengan bangga sebagai eks-Presiden yang sukses memajukan negerinya.
Pertanyaannya: apakah Morales mau menepi dan membiarkan Arce memerintah dengan damai?
*Raka Ibrahim

Kami berkonsultasi soal ciu langsung ke para ahlinya.
Surat 5.45
thankyou 5.45, artikelnya bikin saya lebih aware sama konflik2 diluar Indonesia sana, jadi ada insight baru setiap baca
*dent
Lebih banyakin kabar tentang climate change dan politik trans nasional ya min :)
*Adrian
Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545
Iklan Baris
Aimhigher. Bali. Butuh photographer untuk moment spesialmu saat di Bali? Dengan peralatan dan photographer professional, kami siap untuk mengabadikan moment spesialmu!
Cerios Coffee. Surakarta. Ayo sini ngopi-ngopi sambil mikirin apa yang salah dari dunia ini. Siapa tau dapet lawan diskusi juga hehe
Mau pasang iklan gratis? Klik di sini