Asumsi 5.45

Share this post
Yang seragam selalu membosankan
545byasumsi.substack.com

Yang seragam selalu membosankan

Asumsi
Aug 20, 2020
Share this post
Yang seragam selalu membosankan
545byasumsi.substack.com

Kerukunan tidak butuh penyuluhan.

Warga dan hutan adat di Timor Tengah Selatan terancam

Benarkah masyarakat adat cuma "konten pelengkap"?

“Hutan adat bukanlah hutan negara.” Pernyataan ini telah diputus oleh Mahkamah Konstitusi lewat perkara No. 35/PUU-X/2012, tetapi hak-hak masyarakat adat masih diabaikan hingga saat ini.

Presiden Joko Widodo yang memakai busana adat Timor Tengah Selatan pada upacara HUT RI ke-75 pada 17 Agustus lalu menuai kritik keras. WALHI menilai bahwa “masyarakat adat sekadar dianggap konten pelengkap”, sementara hutan adat Pubabu di wilayah tersebut sedang mengalami penggusuran paksa karena proyek Pemerintah Provinsi NTT.

Apa yang terjadi di hutan adat Pubabu?

Sejak 4 Agustus 2020, pemerintah daerah dan aparat penegak hukum mendatangi warga di desa Linamnutu, Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT untuk menginformasikan akan dilaksanakannya penggusuran. Warga yang menolak penggusuran tersebut tetap tinggal di rumah mereka. Ketika sejumlah rumah telah dihancurkan, mereka juga tetap tinggal di posko darurat yang dibangun di tanah kosong di seputar wilayah penggusuran sebagai wujud perlawanan. Pada 18 Agustus, warga di posko darurat diusir oleh aparat penegak hukum menggunakan tindakan-tindakan represif.  

Aparat mengancam warga dan melakukan tembakan sebanyak tiga kali untuk mengusir warga. Beberapa anak sempat ditahan dan mengalami kekerasan. Begitu pula dengan perempuan yang mengalami pelecehan seksual.

Rima Shalam selaku Koordinator Divisi Sumber Daya Alam WALHI NTT mengecam keras tindakan aparat tersebut. Pemerintah semestinya melakukan pendekatan persuasif dan mendengarkan langsung aspirasi warga sehingga tercipta win-win solution. “Tindakan yang dilakukan itu bukan tindakan persuasif untuk meminta warga keluar dari situ, tapi malah menggunakan tindakan-tindakan yang represif. Masyarakat ini mau dengan apa mereka melawan? Mereka juga bukan musuh yang siap berperang. Mereka masyarakat biasa,” ujar Rima kepada Asumsi.co (19/8).

Konflik tanah di wilayah hutan Pubabu berawal pada 1982, menurut kronologi yang disusun oleh Ikatan Tokoh Adat Pencari Kebenaran dan Keadilan. Pada saat itu, Pemerintah Provinsi NTT bekerja sama dengan Australia meminta masyarakat untuk menyediakan lahan untuk pelaksanaan proyek intensifikasi peternakan. Kerja sama dengan kontrak selama lima tahun ini diterima oleh Masyarakat Adat Pubabu dengan syarat agar rumah, kebun, dan tanaman milik masyarakat di dalam kawasan proyek tersebut tetap dikelola oleh masyarakat. Total lahan hutan adat yang dipakai adalah sebesar 6.000 hektar, dengan 2.761 hektar di antaranya merupakan lahan masyarakat adat.

Pada 1987, proyek intensifikasi tersebut diambilalih oleh Dinas Kehutanan yang melaksanakan Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan (GERHAN). Di sinilah masalah mulai muncul. Pemerintah mengklaim kepemilikan hutan sebesar 6.000 hektar tersebut sebagai sarana budi daya tumbuhan komoditas seperti pohon jati dan mahoni dengan skema HGU (hak guna usaha) sepanjang 1988-2008. Proyek ini dilaksanakan tanpa melibatkan ataupun mendapatkan persetujuan dari masyarakat adat.

Pada 2008, ketika telah HGU berakhir, masyarakat adat menolak rencana perpanjangan kontrak karena adanya aktivitas pembabatan hutan selama 2003-2008. Pembabatan dan pembakaran hutan seluas 1.050 hektar ini telah menyebabkan hutan gundul dan kekeringan—membuat  masyarakat sekitar kehilangan air sebagai sumber penghidupan mereka. Mereka juga kehilangan akses terhadap hutan adat karena mereka dilarang masuk hutan walaupun hanya untuk mengambil ranting kering untuk kayu bakar dan pakan ternak.

Pada 2011, Masyarakat Adat Pubabu-Besipae yang tergabung dalam Ikatan Tokoh Adat Pencari Kebenaran dan Keadilan membuat surat pembatalan perpanjangan kontrak ke Dinas Peternakan Provinsi NTT. Namun, pada 2013, pemerintah justru menerbitkan sertifikat hak pakai sebagai dasar kepemilikan pemerintah atas hutan Pubabu. Sertifikat ini semakin memicu konflik antara masyarakat adat dan pemerintah setempat.

Pada 2017, pemerintah setempat melakukan intimidasi terhadap masyarakat adat. Aparat penegak hukum dikerahkan untuk memaksa masyarakat mengosongkan lahan dengan alasan tanah tersebut telah menjadi aset pemerintah. Intimidasi dilakukan dengan menerobos masuk ke rumah-rumah penduduk dan memaksa mereka menandatangani surat pengosongan lahan.

Intimidasi juga dilakukan dengan melecehkan secara seksual para perempuan adat. Salah satu perempuan adat yang baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk difoto dan diancam dengan kata-kata, “foto dia juga supaya kalau dia lari kita bisa tangkap dia.” Perempuan-perempuan adat yang melakukan aksi membuka baju untuk menghadang aparat pada Mei 2020 dituduh telah melakukan pornoaksi dan diminta untuk menuliskan surat permintaan maaf. Pada Agustus 2020, perempuan yang yang melewati markas aparat dilecehkan dengan kata-kata, “mari kita remas-remas mama-mama punya susu biar enak.”

Penggusuran terhadap rumah warga yang terjadi sejak 4 Agustus 2020 lalu juga lekat dengan intimidasi. Mereka diancam untuk tidak melakukan perlawanan. Jika tetap melawan, “risikonya aparat akan melakukan penangkapan.”

“Hutan Pubabu menghasilkan sumber kehidupan, baik untuk memenuhi pangan maupun sebagai ruang yang mengandung nilai spiritual yang diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur masyarakat adat Pubabu. Sehingga kehilangan hutan bukan hanya kehilangan penyangga kehidupan, tetapi juga hilangnya jati diri, budaya luhur, dan nilai-nilai spiritualitas yang selama ini menghubungkan mereka dengan leluhur,” ujar Andriyeni dari Solidaritas Perempuan dalam konferensi pers “Hentikan Represifitas Negara terhadap Perempuan Adat yang Mempertahankan Tanah Kehidupannya” (13/8).

Mewakili Masyarakat Adat Pubabu, Komnas HAM telah mengeluarkan surat rekomendasi yang meminta agar Dinas Peternakan Provinsi NTT mengembalikan lahan pertanian yang dipinjam dari masyarakat adat sejak 2012. Namun, surat tersebut tidak diindahkan oleh pemerintah setempat.

Pada 11 Agustus 2020, Komnas HAM kembali berkomunikasi dengan Gubernur dan Kapolda NTT melalui surat setelah menerima aduan dari Masyarakat Adat Pubabu pada 7 Agustus 2020. Namun, penggusuran dan sikap represif aparat tidak juga berakhir. Hingga kini (19/8), penggusuran masih berlangsung dengan total 30 rumah telah dihancurkan.

“Saya mengecam kekerasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dan juga penggusuran yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kekerasan dan penggusuran itu mencederai prinsip-prinsip hak asasi manusia yang sudah ada dalam konstitusi kita,“ ujar Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara. Ia juga meminta Pemprov NTT untuk menghentikan sementara aktivitas  pembangunan yang ada yang berdampak kepada Masyarakat Adat Pubabu.

*Permata Adinda

Suryakencana, Bogor, itu kayak terang bulan. Isinya campur aduk tapi enak!

Bantu kami sebar kebaikan tiap pagi: bit.ly/545Asumsi

Selamat tinggal, Internet Explorer!

Tapi meme tentangnya mungkin bakal tetap dibuat.

Akhirnya, penderitaan Internet Explorer berhenti. Setelah bertahun-tahun jadi langganan meme yang mengejek pelbagai kemudharatannya, Microsoft mengumumkan bahwa peramban lawas tersebut akan berhenti beroperasi mulai tahun depan.

Vonis mati bagi Internet Explorer diresmikan dalam pernyataan publik Senin (17/8) lalu. Microsoft akan menyudahi dukungan untuk Internet Explorer 11 di seluruh cakupan aplikasi dan layanan Microsoft 365. Mulai 17 Agustus 2021, Internet Explorer juga tak akan bisa digunakan dalam layanan daring Microsoft seperti Office 365, OneDrive, Outlook, dan lain sebagainya. Aplikasi Microsoft Teams pun akan berhenti melayani Internet Explorer mulai dari 30 November 2020.

Transisi ini telah direncanakan sejak lama. Pada 2015, Microsoft mengumumkan eksistensi Project Spartan, nama samaran ambisius untuk peramban baru yang tengah mereka kembangkan sebagai pengganti Internet Explorer. Peramban anyar tersebut, Microsoft Edge, perlahan-lahan menggeser peranan Internet Explorer sebagai peramban “resmi” Microsoft. Setelah sempat digadang-gadang sebagai “solusi kompatibilitas” alih-alih peramban, akhirnya Internet Explorer disuntik mati secara permanen mulai tahun depan.

Sejak lama, Internet Explorer menjadi bulan-bulanan netizen dan subyek meme-meme kejam. Peramban tersebut dicitrakan sebagai peramban yang lamban, gampang nge-bug, sarat error, dan merepotkan secara desain maupun pengalaman pengguna. Satu lelucon lawas kerap diutarakan untuk menggilas martabat Internet Explorer: peramban tersebut hanya punya satu kegunaan, yakni untuk mengunduh peramban lainnya ketika kamu memakai komputer baru.

Namun, reputasi coreng-moreng ini tidak dimulai oleh netizen-netizen iseng di laman meme. Sejak awal dekade 2000-an, Internet Explorer sudah punya citra buruk di kalangan pengembang web, pencinta teknologi, maupun pengguna Microsoft. Padahal, pada mulanya, ia dikenal sebagai peramban pertama yang penuh inovasi. Sepanjang dekade 1990-an, saat pengembang-pengembang lain susah payah mengembangkan peramban yang oke, Internet Explorer dikenal sebagai peramban paling cepat, inovatif, dan mudah digunakan.

Seperti dilansir situs Howtogeek.com, titik balik bagi Internet Explorer dimulai pada akhir dekade 1990-an. Saat itu, Microsoft mengintegrasikan Internet Explorer ke Windows dan mewajibkan semua pengguna Windows menggunakan peramban tersebut. Internet Explorer sukar di-uninstall, dan mengunduh peramban lain repotnya setengah mati. Berhubung saat itu juga Microsoft sedang bersaing berat dengan peramban Netscape, Microsoft mulai dicitrakan sebagai perusahaan gede yang bersikeras produknya memonopoli pasar.

Palu godam berikutnya adalah perilisan Internet Explorer 6 pada 2001. Meski citra Microsoft dan Internet Explorer sudah agak turun, sebenarnya Internet Explorer 6 masih tergolong mumpuni untuk zamannya. Masalahnya adalah, setelah edisi teranyar peramban itu dirilis, Microsoft tidak memperbaharui Internet Explorer… selama lima tahun.

Serius, mereka ongkang-ongkang kaki selama lima tahun. Mungkin mereka merasa aman, sebab 95 persen pengguna internet menggunakan peramban Internet Explorer, dan tak ada pesaing baru yang muncul. Memang, sekumpulan pecinta teknologi dan pekerja kreatif mulai mengeluh karena Internet Explorer 6 begitu-begitu saja, tapi memangnya mereka punya pilihan apa?

Semua berubah setelah negeri api--eh salah, maksudnya Mozilla Firefox--menyerang. Pada 2004, peramban baru tersebut dirilis ke pasaran dan langsung memporak-porandakan dominasi Internet Explorer. Fiturnya yang inovatif, penggunaannya yang lebih nyaman, dan errornya yang tak semelimpah Internet Explorer membuat Firefox jadi primadona baru. Pengguna mulai bermigrasi ke Firefox dan dominasi Internet Explorer berangsur-angsur mereda. 

Microsoft merilis Internet Explorer 7 dan 8 dalam waktu berdekatan, tapi nasi keburu menjadi bubur. Jangankan bersaing melawan Firefox, Microsoft terpaksa sikut-sikutan dengan peramban baru lain yang juga sedang menggemparkan pasaran: Google Chrome.

Keluhan terhadap Internet Explorer yang sudah menggelegak sekian tahun pun tumpah berhamburan. Internet Explorer dibenci oleh pengembang aplikasi dan website karena tampilan dan kodenya yang awur-awuran. Situs yang cemerlang di Chrome, Firefox, Safari, dan peramban lainnya tiba-tiba akan terlihat hancur di Internet Explorer, sehingga mereka terpaksa mengobrak-abrik situs tersebut hanya demi mengakomodasi peramban yang sekarat.

Namun, selain bikin jengkel pengembang situs, Internet Explorer punya masalah yang lebih serius: keamanannya amat buruk. Rancang-bangun Internet Explorer amat mudah dibobol oleh spyware, virus, dan adware. Pada 2006, peramban tersebut disorot habis-habisan setelah diketahui bahwa situs tertentu dapat mencuri informasi atau mengambil alih komputer pengguna. 

Bahkan pada 2008, lembaga US Computer Emergency Readiness Team merekomendasikan agar fitur ActiveX di Internet Explorer dimatikan demi menjaga keamanan komputer. Pada 2014, lembaga itu merekomendasikan agar semua netizen tak menggunakan Internet Explorer sama sekali sampai masalah-masalah keamanan mereka diselesaikan.

Sudah jatuh, tertimpa tangga, atap rumah rubuh pula. Reputasi Internet Explorer sebagai peramban yang lamban, mudah dibobol maling, merepotkan, dan diproduksi oleh perusahaan raksasa yang nyebelin semakin menguat. Pada 2012, Microsoft sempat berusaha menangkis reputasi jeblok ini melalui serangkaian kampanye digital bersifat satir yang mengutip meme-meme Internet Explorer, tapi kampanye tersebut tak berhasil. Pada 2015, Edge dikembangkan dan peramban lama tersebut mati perlahan-lahan.

Selamat tinggal, Internet Explorer!

*Raka Ibrahim

Surat 5.45

Hai, Raka, tulisan kamu bagus.

*Caca

Hai, Asumsi, terima kasih banyak sudah menemani pagi saya dengan tulisan yang sering kali membuat alis berkerut dan sedetik kemudian tertawa terheran-heran. walau akhir-akhir ini saya bacanya direkap (seminggu sekali baru inget baca, astaghfirullah) tapi gapapa ya daripada ga sama sekali. salam buat Mas MM Ridho, ya! (kalau ke Mas Dea sudah terlalu sering kayaknya).

*Gadies

Halo! Tulisan Kak Permata Adinda tentang Anggaran Penanganan Covid-19 yang tidak transparan dan rawan korupsi ngeri-ngeri sedap. Cara penyajiannya yang sedap, tapi membayangkan pandemi akan lama berakhir karena penanganannya yang nggak maksimal bikin ngeri. Sudah ingin jalan-jalan dan berpelesiran. Salam semangat dan sehat selalu, kawan-kawan. And as always, big thanks to Asumsi 5.45 team! Respect.

*Nahla

Berlangganan Asumsi sejak awal hamil sampai sekarang usia anak pertama saya menginjak 5 bulan. Biasa baca di kantor, mengawali pagi sebelum "nguli." Setiap penulis punya kekhasan masing-masing yang menarik. Bahkan belum sampai selesai baca, saya bisa langsung tebak siapa penulisnya. Mungkin itu salah satu alasan saya rajin baca Asumsi sampai hari ini. Membaca tulisan Dea Anugrah, misalnya, seperti bertemu teman lama. Tidak selalu sekata, tapi ujungnya saya dapati kehangatan di sana. Ada candu untuk kembali bertemu untuk bertukar pikiran lagi di lain hari. Semoga langgeng terus, Asumsi, panjang umur para pejuang kebenaran lewat tulisan.

*Ninhas

Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545

Iklan Baris

Lit.shopey. Tambahkan koleksi perhiasan Anda! Kami menjual kalung dan gelang dengan liontin yang terbuat dari BUNGA KERING. Dapat request bunga, ukuran liontin & warna strap. Semua di bawah Rp50 ribu. Dapatkan promo gratis ongkir spesial hari kemerdekaan.

Susu Micow. Mau nyari susu murni yang sehat, enak, dan banyak di Kota Bogor? Ya susu Micow aja. Kini susu Micow tersedia di Grabfood. Grab it fast!

Dapur Kandara. Kami menyediakan catering/masakan/paket makanan untuk stok di rumah untuk kamu yang tidak sempat untuk masak dan ke pasar Bisa menggunakan vakum (untuk luar kota). 085774376584.

Mau pasang iklan gratis? Klik di sini

Share this post
Yang seragam selalu membosankan
545byasumsi.substack.com
TopNew

No posts

Ready for more?

© 2022 Asumsi
Privacy ∙ Terms ∙ Collection notice
Publish on Substack Get the app
Substack is the home for great writing