Asumsi 5.45

Share this post
Mengejar ke dalam dunia yang belum sudah
545byasumsi.substack.com

Mengejar ke dalam dunia yang belum sudah

Asumsi
Jun 5, 2020
Share this post
Mengejar ke dalam dunia yang belum sudah
545byasumsi.substack.com

Gerimis mempercepat kelam.

Saatnya berpamitan kepada langit cerah

Selepas PSBB, polusi udara akan kembali.

Dalam perjalanan ke toko swalayan pekan lalu, saya berkendara di bawah langit biru yang seperti digantungi banyak permen kapas. Pada perjalanan pulangnya, menjelang matahari terbenam, warna langit berubah menjadi jingga keemasan.

Setelah mengingat baik-baik, saya baru menyadari bahwa selama bekerja dari rumah dan merokok di balkon saat beristirahat, langit hanya beberapa kali terlihat keruh. Itu pun karena hujan hendak turun.

Belakangan, jumlah teman-teman saya yang mendokumentasikan pemandangan serupa di Instagram bertambah cukup signifikan. Pada pekan kedua bulan April, sempat ramai tagar #langitjakarta di linimasa Twitter. Dari ketinggian tertentu, bahkan ada yang mendokumentasikan penampakan Gunung Salak yang terlihat jelas di sisi selatan Jakarta.

Barangkali penerapan PSBB untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19 mengurangi polusi udara hingga langit kembali cerah. Hal ini dibuktikan dengan kualitas udara Jakarta berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)yang ajek berada pada kategori sehat dan sedang sejak akhir Februari 2020.

Direktur Komisi Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad “Puput” Safrudin mengungkapkan, sejak tahun 1992 atau selama 28 tahun, baru kali ini Jakarta mencatatkan kualitas udara yang mendekati kategori baik.

“Menurun pernah, tapi posisinya tetap di sedang atau tidak sehat,” kata Puput kepada Ekuatorial.com.

Tidak hanya di Jakarta, data indeks polusi udara di seluruh dunia juga menunjukkan kesamaan. Copernicus Atmosphere Monitoring Service (Cams), yang mengamati polusi udara di 50 kota di Eropa menunjukkan bahwa 42 di antaranya mencatat level Nitrogen Dioksida (NO2) di bawah rata-rata pada bulan Maret. Di kota-kota tersibuk benua biru tersebut, pengurangan polusi bisa mencapai 70 hingga 80%.

Akan tetapi, rasa tenang ketika melihat langit yang cerah dan menghirup udara yang bersih itu mungkin akan segera berakhir seiring berakhirnya PSBB di berbagai daerah. Saya selalu skeptis memikirkan bagaimana jadinya kalau kelaziman baru (new normal) diterapkan. Para ahli, misalnya, memprediksi bahwa kemacetan Jakarta akan lebih parahkarena orang-orang akan lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi untuk menghindari risiko penularan COVID-19

Benar saja, pada Rabu (3/6), banyak kendaraan bermotor yang terpantau kembali memadati area Jabodetabek. Reportase berita foto Hafitz Maulana, kawan saya yang bekerja untuk Tirto, menampilkan kondisi Jalan Gatot Subroto dan jalur tol dalam kota yang tiap ruasnya penuh sesak dipadati mobil-mobil pada jam pulang kerja.

Di Cina, yang masyarakatnya mulai berkegiatan seperti sedia kala, polusi udara kembali seperti sebelum pandemi COVID-19. Padahal selama negara itu memberlakukan lockdown, polusi udara turun hingga 38%. Secara spesifik, emisi gas industri dan pembakaran batu bara menyumbang polusi yang sangat besar. Kalau pemerintah dan industri tidak menganggap polusi udara sebagai masalah genting, polusi tetap akan menggila.

Yang lebih menyeramkan: sebuah studi mengimplikasikan udara berpolusi dapat meningkatkan risiko kematian karena COVID-19. Sebelum pandemi, warga negara-negara Asia sudah terbiasa--bahkan distereotipkan--dengan penggunaan masker karena polusi udara yang ekstrem.

Seandainya setelah ini kita harus kembali berkegiatan di luar rumah sambil mengenakan masker, saya harap sebabnya ialah upaya mencegah penularan pandemi, bukan karena takut keracunan udara.

*MM Ridho

Tanpa tes akurat yang menyeluruh, kita takkan pernah tahu kenyataan tentang penyebaran COVID-19. Dengan demikian, penanganan pandemi berisiko salah langkah.

Bantu kami sebar kebaikan tiap pagi: bit.ly/545Asumsi
 

Surat 5.45

Halo 5.45, terima kasih buat tulisan bagus setiap harinya. Aku baca terus tiap hari, tapi semenjak pandemi datang aku rindu tulisan-tulisan 5.45 tentang kejadian-kejadian di luar virus ini, mungkin seperti dampak tenaga kerja yang terpaksa harus mengundurkan diri. Maaf, tidak maksud menggurui, hanya saya sebagai orang awam ingin tahu tentang hal-hal tersebut. Terima kasih, Asumsi.

*Lia

Halo, kakak-kakak Asumsi! Terima kasih ya sudah membuatkan sarapan pagi yang mengenyangkan buat aku. Setiap baca berita dari kalian, aku selalu bergumam "ooo gitu," "aaa baru tahu," "eeh ternyata gitu ya." Aku jadi semakin terinformasi dan teredukasi dengan baik. Oiya, aku juga suka merhatiin cara penulis 5.45 memaparkan dengan gaya masing-masing. Lumayan, jadi dapat inspirasi. Hihi. Semangat terus ya, tim Asumsi, jaga kesehatan. See you tomorrow! ^_^

*Iroro

Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545

Kalau kamu punya informasi penting tentang kesalahan penanganan wabah COVID-19 di tingkat pengambil kebijakan dan ingin menjadi whistleblower, kirimkan pesanmu ke redaksi@asumsi.co. Kami bisa menjaga kerahasiaan identitasmu.

Iklan Baris

Pisang Ungu. Tangerang. We specialize in serving you the best Indonesian desserts💜 Using our traditional recipes, fresh and high quality ingredients, we want you to experience a new way to enjoy Indonesian desserts.

Yan’s Choice. Jakarta Timur. Lagi PSBB butuh buku bacaan baru tapi nggak bisa ke mana-mana? Say no more. Follow dan DM langsung @allbooks.here di Instagram untuk solusinya. Kita bantu cariin dan kirimin buku dan apa pun kebutuhan perlengkapan yang kalian mau langsung ke rumah. Hassle-free! Harganya gimana? Sesuai harga toko. Nggak ada biaya jastip, admin, uang capek, atau apalah itu namanya. Yuk beli buku!

Basreng Mba Nane. Cirebon. Cobain yuk guys berbagai macam menu basreng antimainstream di Kota Cirebon.

Mau pasang iklan gratis? Klik di sini

Share this post
Mengejar ke dalam dunia yang belum sudah
545byasumsi.substack.com
TopNew

No posts

Ready for more?

© 2022 Asumsi
Privacy ∙ Terms ∙ Collection notice
Publish on Substack Get the app
Substack is the home for great writing