Asumsi 5.45

Share this post
Wake up, baby. It's getting late now🌄
545byasumsi.substack.com

Wake up, baby. It's getting late now🌄

Asumsi
Mar 30, 2020
Share this post
Wake up, baby. It's getting late now🌄
545byasumsi.substack.com

In a dark tunnel, new dawn approaching

Selalu ada cara untuk menyiasati keterbatasan

Menyerah pada keadaan bukanlah pilihan

Beruntung banget, deh, orang-orang yang bisa mengarantina diri di rumah mewah. Orang-orang yang tinggal di kos-kosan kayak kita, gimana?

Hanya karena kamu tinggal di indekos, bukan berarti kamu tidak bisa mengamankan diri dari COVID-19. 

Sebagai orang yang ngekos sendirian di Jakarta sejak enam tahun lalu, izinkan aku berbagi pengalaman. Tentu, berbagai jenis kosan pernah aku jajali. Mulai dari harga 600 ribu/bulan yang pernah kemalingan enam kamar sekaligus hingga kosan eksklusif yang nyaman dan penuh angin sepoi-sepoi.

Jadi, apa yang harus aku lakukan?

Kita akan mencoba menerapkan kondisi karantina ideal menurut World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan sebisa mungkin dengan kondisi yang ada di kosan kamu. Tentu tidak semua kondisi ideal akan terwujud. Kamu harus repot, kamu harus ribet, dan kemungkinan besar kamu harus berkompromi. Tapi kamu bakal menyintas.

Oke... Kayak gimana tuh, bro?

Pertama, kalau kamu tinggal di daerah yang sudah ada kasus positif COVID-19, sebisa mungkin jangan pulang kampung. Serius. Boleh jadi, virus tersebut telah hinggap di tubuhmu tanpa sepengetahuanmu, dan kamu berpotensi membawa virus itu ke kampungmu--ingatlah para anggota keluargamu yang sudah renta, dan infrastruktur kesehatan di sana yang morat-marit. Tenang, jangan ke mana-mana, amalkan social distancing. Jangan bikin krisis ini tambah buruk.

Baiklah. Kalau pengeluaran keuangan, gimana tuh, bro? Hehe

Sesuaikan prioritas keuangan. Aku tahu betul tidak semua orang punya keleluasaan untuk menabung. Pendapatanmu tiap bulan belum tentu sepadan dengan biaya kehidupan sehari-hari. Namun, cara pandangmu harus berbeda. Tidak ada yang namanya foya-foya awal bulan dan berhemat di akhir bulan. Mulai dari sekarang, setiap hari adalah akhir bulan.

Pendapatanmu harus bisa mencukupi empat hal: sandang, pangan, papan, kesehatan. Di luar itu, lupakan. Ini situasi krisis dan sumber dayamu terbatas. Gunakan dengan bijak. Petakan sumber dayamu dengan baik. Kamu tidak harus jadi jagoan survival macam Pandji Sang Petualang. Tapi, kamu wajib menguasai medan. Kamu harus tahu di mana kamu bisa beli makanan, minuman, dan perlengkapan sehari-hari.

Berarti harus berhadapan dengan pak Edy Rahmayadi di Pilkada Sumatra Utara berikutnya, dong?

BUKAN KOTA MEDAN! Maksudnya, pahami wilayah kamu. Pikirkan, warung makan mana saja yang masih buka di dekat kosanmu. Buka aplikasi ojek daring--lokasi mana saja yang masih buka, dan berapa kira-kira harganya? Semisal kamu bisa memasak di kosan, apakah masih ada tukang sayur yang berjualan?

Begitu juga untuk sumber peralatan medis, pembersih, dan pakaian. Apakah pembersih ruangan sederhana (disinfektan, cairan pel, sabun, dsb.) tersedia di toko waralaba terdekat? Di mana klinik atau apotek terdekat yang masih buka? Sekadar untuk berjaga-jaga: mana RS terdekat yang menjadi rujukan resmi untuk menangani COVID-19?

Oalah, kirain kamu nyuruh aku terjun ke dunia politik, bro. Berarti, hari ini aku akan langsung belanja banyak-banyak, deh!

Kamu tidak perlu menimbun perlengkapan. Pertama, itu enggak etis, kedua, repot juga. Kosan kamu sempit--kamu mau taruh barang sebanyak itu di mana? Lebih baik kamu tentukan waktu berburu perlengkapan secara berkala. Setiap 2-3 hari sekali, keluar kos dan belanja semua perlengkapan yang kamu perlukan. Tarik duit tunai, juga isi e-wallet.

Iya juga, sih… Terus, kalau kamar kosku sempit kayak gitu, apa nggak bahaya?

Kemenkes dan WHO sudah menjelaskan kondisi yang paling ideal untuk penanganan kasus COVID-19. Isolasi baiknya dilakukan di ruangan dengan ventilasi yang memadai, penghuni harus menjaga jarak minimal satu meter dari satu sama lain, dan peralatan makan serta mandi tidak boleh dipakai bersama-sama. 

Semisal kosanmu ada jendela, buka lebar-lebar sesering mungkin. Pastikan udara mengalir dan berganti secara reguler. Jika ada exhaust, gunakan. Bila tidak ada jendela maupun exhaust, minimal buka pintu dan gunakan kipas angin untuk mengalirkan udara--siasati dengan penyerap air dan kapur barus. Formulanya sederhana: COVID-19 menyerang paru-paru. Ruangan lembab bikin kamu lebih rentan terhadap penyakit paru-paru. Gampang, kan?

Begitu juga ruangan yang dipakai bersama-sama, seperti dapur atau kamar mandi luar. Area tersebut tidak boleh lembab dan tertutup. Buka pintunya ketika tak dipakai, gunakan kapur barus. 

Jaga selalu kebersihan. Buang sampah pada tempatnya, sapu dan pel kamarmu, bersihkan perabotanmu dengan disinfektan. Bayangkan ibumu hadir 24 jam sehari untuk mengomelimu karena kamar berantakan.

Jangan gunakan alat makan dan mandi komunal. Beli piring dan sendok-garpumu sendiri. Cuci sendiri. Sisihkan uang untuk membeli tisu yang umum kamu lihat di wastafel-wastafel. Setelah cuci tangan (kamu harus sering banget cuci tangan), jangan keringkan ke baju atau dengan kain yang dipakai semua orang.

Virus COVID-19 menular dari tetesan cairan yang tersebar ke udara melalui batuk, bersin, atau ludah. Karena itulah, orang disuruh menjaga jarak minimal satu meter dari satu sama lain. Semisal kamu tinggal sekamar dengan orang lain, jaga jarak sebisa mungkin dan ganti sprei tempat kalian tidur secara berkala. Omong-omong, berciuman bisa menularkan virus.

Soal ciuman, itu topik yang sensitif karena aku jomblo. Mendingan, kamu lanjut kasih aku tips yang bermanfaat.

Hahaha baiklah. Dalam Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi COVID-19, Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa semua orang harus menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat alias PHBS. Di antaranya: menutup mulut dan hidung dengan tisu ketika bersin atau batuk; melakukan kebersihan tangan rutin terutama sebelum memegang mulut, hidung, dan mata serta setelah memegang instalasi publik; cuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik lalu dikeringkan dengan kertas sekali pakai; serta pakai masker dan periksa diri ke fasilitas kesehatan bila menunjukkan gejala.

Faktanya, belum ada obat yang bisa menyembuhkan COVID-19. Lawannya cuma sistem imun kamu. Olahraga secukupnya, konsumsi makanan dan minuman dengan gizi seimbang, cuci tangan secara rutin--terutama setelah menyentuh fasilitas umum--dan jangan lupa mandi. Buang masker dan tisu ke tempat sampah, lalu cuci tangan lagi.

Oh ya, kalau mendekam di kosan aja. Apa nggak stres?

Panduan Karantina Individu dari WHO secara spesifik menyatakan bahwa setiap orang yang dikarantina harus mendapatkan “dukungan psikososial” serta akses terhadap hiburan. Lakukan apa pun yang perlu kamu lakukan untuk menjaga semangat. Kabari temanmu lewat video call, pelajari tarian-tarian teranyar di TikTok, main Animal Crossing, bikin koleksi meme yang penuh faedah, belajar bahasa Swahili, terserah kamu. 

Anggap saja kamu melakukan aktivitas saat gabut di kosan, tapi tidak bisa ke mana-mana karena di luar hujan deras.

Sejauh ini, aku bisa kok mengatasi kegabutanku. Tapi, aku cenderung merasa stres, apalagi kalau lihat berita.

Kamu harus tahu apa yang terjadi, tapi tidak boleh sampai parno. Berita tentang COVID-19 datang tanpa henti dan menghujam dari segala penjuru. Benar, kamu harus terus mengetahui perkembangan terkini agar tidak kecolongan, tetapi membaca terlalu banyak berita tidak baik bagi kesehatan mentalmu. 

Dalam situasi penuh ketidakpastian, berita apa pun bisa bikin kamu ketar-ketir. Tahan dulu. Jangan mudah termakan hoaks. Batasi asupan informasi tentang topik ini. Pilih beberapa sumber terpercaya, dan fokus pada mereka. Utamakan sumber primer seperti Kemenkes atau WHO.

Mari bicara blak-blakan. Ini bukan situasi ideal. Tidak usah ribet mencari-cari “hikmah” dari wabah penuh petaka semacam ini. Tujuanku bukan membuai kamu dengan kata-kata motivasi, tapi memastikan bahwa kita sama-sama sukses bertahan hidup dan krisis ini cepat reda.

Hampir semua riset, panduan teknis, dan imbauan satu suara: cara terbaik untuk menahan laju penyebaran COVID-19 adalah memastikan sebanyak mungkin orang tetap di rumah dan menjaga jarak dari satu sama lain, sehingga mereka tidak saling menulari di luar sana, dan makin bikin runyam infrastruktur kesehatan yang kewalahan.

Percayalah, cara terbaik untuk membendung krisis ini secepat mungkin adalah dengan #JauhanSejenak dan bertahan di tempat tinggalmu. Jangan khawatir, kita akan bertemu lagi setelah semua ini reda. Kita akan bikin pesta yang heboh sekali, sebab kita telah menunda kiamat!

*Raka Ibrahim

Banyak jadwal manggung yang dibatalkan demi mencegah penyebaran virus. Bagaimana perjuangan musisi di tengah ketidakpastian pandemi?
Donasi untuk tenaga kesehatan di sini.

Bantu kami sebar kebaikan tiap pagi: bit.ly/545Asumsi

Surat 5.45

Sabtu (28/3) sejak jam 9 sampai 5 sore, saya hanya mampu menjual 1 latte es di tempat kerja. Menyedihkan. Tapi membaca 5.45 dengan "khotbah di bukit" sebagai judulnya, membuat saya "terbangun" dan mengimani lagi kekuatan tentang harapan. Saat corona virus menghancurkan segalanya. Ayat ini mengisi hati saya dengan keberanian. Aku percaya semua akan baik-baik saja. Terimakasih 5.45

*Yason

Terimakasih 5.45 telah menemani hari libur dengan kegiatan "belajar dari rumah"  yang mulai membosankan menjadi lebih menyenangkan. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan walaupun masih dikejar deadline dan wawancara.  semoga kalian juga dianugerahi kebahagiaan dan kesehatan!

*Marina

Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545

Share this post
Wake up, baby. It's getting late now🌄
545byasumsi.substack.com
TopNew

No posts

Ready for more?

© 2022 Asumsi
Privacy ∙ Terms ∙ Collection notice
Publish on Substack Get the app
Substack is the home for great writing