Waspadai local transmission ⚠
Corona, ooh na-na...

Rapid test COVID-19 di Indonesia
Nggak ada solusi tunggal. Tes antibodi, tes PCR, dan social distancing sepatutnya saling melengkapi.
Akhirnya pemerintah mengadakan rapid test untuk mendeteksi dan mencegah penularan COVID-19. Banzaaai!
Nggak bisa dimungkiri, ini memang perkembangan yang baik. Tapi kita perlu membahasnya lebih jauh agar nggak salah paham.
O-oke... mulai dari mana ya, enaknya?
Kata jubir pemerintah soal COVID-19, Achmad Yurianto, rapid test ini didasarkan pada data tracing pasien positif. Artinya, orang-orang tanpa riwayat kontak langsung dengan pasien positif belum akan dipanggil. Namun, untuk sementara, bolehlah tes ini kita terima. Ketimbang nggak ada sama sekali, kan?
Hingga Selasa (24/03), jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 686 orang. Angka ini tentu kecil sekali bila dibandingkan dengan populasi Indonesia. Salah satu masalah terbesar kita: undertested. Harusnya rapid test ini bisa sangat membantu.
Betul, tapi rapid test yang diadakan pemerintah kita menggunakan sampel darah untuk memeriksa antibodi dalam tubuh. Kalau orang baru terinfeksi, sangat mungkin respons imunitasnya belum muncul, dus penyakitnya tidak terdeteksi. Karena itu, tes akan diulang lagi tujuh hari kemudian. Dalam masa tunggu itu, kalau nggak mawas diri, si pasien bisa saja menulari orang-orang lain, kan?
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, menyebut rapid test ini bisa dipakai untuk screening awal saja, untuk mendeteksi. Keuntungannya: hasilnya cepat, bisa kurang dari setengah jam, dan mudah dibawa ke lapangan.
Rapid test bersampel darah ini juga bisa dipakai di banyak rumah sakit, misalnya ada pasien datang dengan kondisi demam dan batuk, tapi tidak diketahui riwayat kontaknya. Tes ini bisa membantu rumah sakit mengambil keputusan cepat, apakah pasien tersebut terindikasi COVID-19 atau tidak.
Omong-omong, rapid test kan berhasil di Korea Selatan. Sama, nggak, sih, dengan yang mau kita lakukan?
Ada berbagai jenis rapid test. Ada tes yang mendeteksi antibodi, ada yang mendeteksi antigen, dan ada pula yang mendeteksi virusnya secara molekuler.
Yang terakhir itu namanya polymerase chain reaction (PCR). Hasil tesnya keluar dalam tiga sampai empat hari, tapi jauh lebih akurat ketimbang tes yang memeriksa antibodi lewat sampel darah.
Rapid test itulah yang dipakai di Korea Selatan. Mereka melakukan swab test di pos-pos drive-through, lalu hasilnya dikirim ke laboratorium. Tes antibodi tidak bisa dijadikan pengganti tes PCR. Maka, bagaimanapun, Indonesia perlu meningkatkan kemampuan mengadakan tes PCR, termasuk dengan menambah jumlah laboratorium dan tenaga pemeriksanya.
*Ramadhan Yahya

Klorokuin dan avigan merupakan obat keras. Jangan asal beli dan konsumsi tanpa resep dokter.
Bantu kami sebar kebaikan tiap pagi: bit.ly/545Asumsi
Local transmission: jalur penularan COVID-19 paling ramai
#JauhanSejenak
Pandemi COVID-19 kian beringas. Celakalah orang-orang yang meremehkan betapa mudah dan cepatnya virus ini menular.
Menurut World Health Organization (WHO), penyebaran suatu penyakit dapat diklasifikasi menjadi tiga cara: imported case, atau infeksi yang bersumber dari lokasi di luar suatu wilayah, seperti luar kota atau luar negeri; local transmission, atau infeksi yang bersumber di dalam suatu wilayah; serta community transmission, atau infeksi yang menyebar dengan cepat tetapi sumber utamanya belum dapat ditentukan.
Kami tahu apa yang ada di pikiranmu. Virus ini berasal dari negara A, pantas saja perjalanan dari dan menuju negeri tersebut distop total. Tahan dulu pikiran tersebut, sebab nanti kami akan membahasnya.
Menurut laporan situasi terbaru dari WHO, mayoritas kasus positif COVID-19 di seluruh dunia adalah local transmission, bukan kasus impor. Pengecualiannya hanya negara-negara di wilayah yang belum terlalu tersentuh wabah COVID-19 (kebanyakan negara-negara Afrika), atau negara yang baru mengalami kejadian khusus.
Kasus-kasus COVID-19 pertama di Indonesia, misalnya, memang diboyong oleh WNA atau WNI yang baru tiba dari luar negeri. Namun, pada 10 Maret 2020, kasus transmisi lokal pertama muncul. Seorang lelaki berusia 33 tahun positif COVID-19 meski tak pernah berhubungan langsung dengan pasien positif lain, serta tak punya riwayat bepergian ke wilayah yang terdampak COVID-19. Sebagian besar bernasib seperti pria tersebut.
Di negara yang habis babak-bundas dihajar COVID-19, jumlah imported case lebih tinggi ketimbang local transmission dianggap sebagai salah satu tanda keberhasilan. Artinya, pemerintah berhasil menghambat laju penyebaran virus tersebut di dalam wilayahnya sendiri. Urusan kedatangan pasien baru dari luar negeri, lain soal.
Kalau virus ini hampir selalu bermula dari imported case, solusi paling masuk akal adalah menutup perbatasan negara dan membatasi penerbangan dari luar negeri, kan? Belum tentu.
Transisi dari fase imported case mendominasi jadi local transmission merajalela itu licin dan cepat sekali. Dengan atau tanpa menutup perbatasan, virus akan tiba. Seperti dilaporkan Vox, menutup perbatasan hanya akan menunda alih-alih mencegah kedatangan COVID-19.
Belajar dari pengalaman lockdown wilayah di provinsi Hubei, Cina, pembatasan seperti itu hanya menunda tibanya virus selama 3-5 hari. Waktu yang tak sedikit untuk ancang-ancang, tapi bukan apa-apa bila sejak awal infrastruktur dan kebijakan kesehatan di negara tersebut sudah amburadul.
Bukan berarti satu-satunya solusi adalah meratap dan menantikan keajaiban. Menurut amatan Dr. Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases Amerika Serikat, social distancing terbukti manjur dalam memperlambat local transmission.
Secara bersamaan, negara juga harus melakukan deteksi dini melalui tes massal, dan lekas mengisolasi pasien yang dicurigai mengidap COVID-19.
*Raka Ibrahim
Surat 5.45
Halo, Asumsi. Terima kasih sudah menulis berita dengan baik. Senang dan puas sekali membaca artikel-artikel Asumsi. Pertahankan penulisan berita seperti ini, no clickbait. Semoga Asumsi sukses dan jaya selalu.
*Ikhu
Tiap hari abis jogging/workout subuh, di rumah sambil istirahat dan ngerendem kaki, gue sempetin baca newsletter 5.45 ini. Gue suka banget karena penulisannya yang gak kaku dan yeahh lumayann sarkas (so, kadang gue nyengir sendiri). Gue orang yang lumayan suka baca berita lewat smartphone, dan tentu ngikutin Asumsi di Youtube & podcast. Pas tau Asumsi keluarin newsletter, gue langsung daftar. Berkarya terus ya, Asumsi, melalui platfrom-platform yang ada untuk membagikan informasi apa pun, biar pikiran mileneal ini terbuka sedikit.
*Puspa Ayuningtyas
Gue subscribe dua newsletter. Keduanya sangat berbeda, tapi saling melengkapi. Sejak awal selalu merasa bahwa 5.45 adalah versi lebih serius, tetapi semakin hari semakin terlihat bahwa keseriusan 5.45 ternyata adalah penjagaan idealisme yang luar biasa. Para penulis membawa nilai yang mereka yakini dan menanamkannya di benak pembaca. Mungkin dengan cara ini penanaman nilai-nilai yang luhur akan lebih efektif tersampaikan, terlebih lagi melihat setiap surat pembaca kebanyakan teenagers/young adults. Kalian luar biasa, tim 5.45.
*Elson
Bagi kami pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545
Kalau kamu punya informasi penting tentang kesalahan penanganan wabah COVID-19 di tingkat pengambil kebijakan dan ingin menjadi whistleblower, kirimkan pesanmu ke redaksi@asumsi.co. Kami bisa menjaga kerahasiaan identitasmu.
IKLAN BARIS
Sporty Case. Jakarta. Reflect your favorite Sport in your graps. 75K UNTUK SEMUA JENIS HP, BISA CUSTOM SENDIRI CASE KAMU, BISA FREE ONGKIR. 085858872100.
Pirate. Bali. Jangan ngaku anak bangsa kalo belum punya produk lokal.
Waisya Kopi. Bandung. Menyediakan segala jenis Greenbean Kopi wilayah Jawa Barat baik arabica & robusta proses gulali, natural, fullwash, wine dll.
Toko Buku Numpang Liwat. Bandung-Jatinangor. Jual buku buat jajan (lebih banyak) buku lagi. TB Numpang Liwat, sebab semua sekadar t̶i̶t̶i̶p̶a̶n̶ numpang liwat.
Mau pasang iklan gratis? Klik di sini