Boleh berkeluh-kesah, tapi nanti melawan lagi ya
Aku bisa diracun di udara, aku bisa terbunuh di trotoar jalan

Virus Corona bertahan di udara
Belum tentu bisa menginfeksi
Dengar-dengar kita bisa ketularan COVID-19 lewat udara?
Hasil penelitian terbaru menyebutkan virus COVID-19 dapat bertahan di udara hingga setengah jam, tergantung faktor-faktor seperti panas dan kelembaban.
Jadi, transmisinya nggak hanya lewat droplet?
Tetap lewat droplet, tapi ketika kamu batuk atau bersin, ada aerosol yang tertinggal. Zatnya berubah menjadi partikel-partikel kecil yang cukup ringan untuk mengambang di udara.
Bayangkan semprotan pengharum ruangan atau obat nyamuk, deh.
Berapa lama virusnya bertahan?
Tim peneliti mendeteksi viral RNA pada wadah yang disemprot virus selama 3 jam percobaan, tetapi itu tidak menjamin bahwa virus yang tersisa dapat menginfeksi seseorang.
"Anda menemukan RNA di permukaan, itu tidak berarti bahwa virus ... dapat menginfeksi seseorang," kata Aubree Gordon, Profesor Epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan.
Menurut Gordon, untuk menentukan apakah virus itu benar-benar dapat menginfeksi orang, para peneliti perlu menumbuhkan bakteri dalam sel yang dikultur. Tes ini bisa membuktikannya secara lebih kuat daripada pencarian RNA.
Ada riset lain soal ini?
Penelitian lain menemukan virus pada ventilator kamar rumah sakit pasien yang terinfeksi. Tentu saja, satu-satunya jalan menuju ventilator ialah udara.
Aduh, gimana, dong?
WHO menyiapkan tindakan pencegahan baru yang sesuai dengan temuan ini, khususnya bagi para tenaga medis.
Jadi semakin sedikit dong tempat yang aman...
Sekali lagi, perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah virus yang mengambang di udara masih cukup kuat untuk menginfeksi orang.
Menurut laporan New York Times, virus ini mampu bertahan hidup hingga 72 jam di permukaan plastik dan baja, 4 jam pada tembaga, dan 24 jam pada kardus. Tetapi jumlah virus yang layak, yang mampu menginfeksi, menurun dengan tajam.
Paket-paket kiriman yang terkontaminasi, misalnya, bisa dikatakan memiliki konsentrasi virus yang rendah, kecuali jika orang yang mengantarkannya baru saja batuk, bersin, atau memegangnya dengan tangan yang terkontaminasi.
Menurut para ahli, risiko penularan lewat benda-benda mati sangatlah rendah, kecuali ia baru saja dikontaminasi oleh orang yang positif COVID-19.
*MM Ridho

Seiring lonjakan jumlah kasus COVID-19, wacana lockdown mulai diperbincangkan secara serius di Indonesia. Apa yang membuat pemerintah belum menetapkannya?
Bantu kami sebar kebaikan tiap pagi: bit.ly/545Asumsi
Ingin berkeluh-kesah di masa wabah?
Kami mendengar semua orang
Sejauh ini, bagaimana pandemi COVID-19 mengubah hidup kamu?
Ada yang panik, ada yang kelelahan, ada yang jatuh sakit.
Apakah kamu kesulitan belajar di rumah?
Apakah kamu kerja di bidang pelayanan dan sulit melindungi diri?
Apakah kamu kewalahan membimbing anak untuk homeschooling?
Bagikan cerita dan fotomu di sini.
Awas false positive Demam Berdarah
Gejala awalnya mirip COVID-19
Berbarengan dengan peningkatan jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia, masyarakat pun meningkatkan kewaspadaannya. Tetapi COVID-19 bukanlah satu-satunya ancaman. DBD atau demam berdarah dengue juga datang kembali.
Namun, hasil studi gabungan lembaga-lembaga kesehatan di Singapura mengungkapkan bahwa wabah demam berdarah di Asia Tenggara membuat penyebaran virus Corona ibarat musuh dalam selimut. Dengan gejala awal yang mirip, seseorang bisa saja salah diagnosis terinfeksi DBD, padahal sebenarnya ia terjangkit COVID-19.
Hal ini telah terjadi di Singapura pada awal Februari lalu. Seorang warga laki-laki berusia 57 tahun dirawat di rumah sakit setelah demam dan batuk-batuk selama tiga hari. Warga lainnya, perempuan, juga berusia 57 tahun, mengalami demam, nyeri otot, batuk ringan selama 4 hari, dan diare selama 2 hari. Hasil tes keduanya positif demam berdarah dengue (DBD). Namun, setelah perawatan, kondisi keduanya terus memburuk.
Mereka lantas melakukan tes SARS-CoV-2 lewat metode swab test, dan diketahui positif COVID-19. Setelah dites lebih lanjut, mereka diketahui tidak terinfeksi virus Dengue, dan hasil tes di awal disebut sebagai false positive. “Untuk virus Dengue dan Corona, keduanya punya beberapa kemiripan sehingga seseorang bisa mendapatkan hasil tes false positive,” kata Jeremy Lim, partner konsultan Oliver Wyman di bagian kesehatan dan ilmu hayati, dikutip dari SCMP.
Sejak awal tahun ini, Kementerian Kesehatan mencatat telah terdapat lebih dari 17.000 kasus DBD di seluruh Indonesia, dengan 104 di antaranya meninggal dunia. Penyakit DBD diketahui mewabah di Nusa Tenggara Timur, Lampung, Riau, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat sejak Januari lalu. Negara-negara lain di Asia Tenggara yang punya risiko besar terpapar wabah DBD adalah Filipina, Laos, Kamboja, Malaysia, Vietnam, Singapura, dan Thailand. Pada 2019, misalnya, lebih dari 400.000 warga Filipina terinfeksi virus Dengue, dan 1.000 di antaranya meninggal dunia.
Sementara itu, di saat yang hampir bersamaan, virus Corona juga menyebar ke wilayah Asia Tenggara. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 600 kasus COVID-19 di Malaysia, lebih dari 200 di Thailand, lebih dari 190 di Filipina, dan lebih dari 170 di Indonesia.
DBD dan COVID-19 punya gejala awal yang serupa, seperti demam dan batuk-batuk. “Penyakit dengue dan virus Corona 2019 (COVID-19) sulit untuk dibedakan karena keduanya punya ciri-ciri gejala dan hasil laboratorium yang mirip,” tulis tim penulis “Covert COVID-19 and false-positive dengue serology in Singapore” (2020) yang dipublikasikan di The Lancet pada 4 Maret lalu. Ahli penyakit menular pun mengkonfirmasi hal ini, dan menyatakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh virus seringkali memiliki gejala awal umum yang serupa.
COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2019 yang termasuk dalam famili Coronavirus. Sementara itu, demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk dalam famili Flavivirus. Menurut WHO, walaupun ada kemiripan gejala di awal, tetapi virus akan semakin mudah dibedakan seiring dengan perkembangan gejala.
Orang yang dengan penyakit DBD biasanya menderita demam dan ruam di kulit, tetapi tak disertai dengan batuk-batuk atau sakit tenggorokan—tak seperti orang yang terinfeksi COVID-19. Gejala-gejala lain penyakit DBD termasuk sakit kepala, sakit di belakang mata, pegal-pegal, mual, muntah-muntah, dan pendarahan ringan seperti mimisan. Sementara itu, gejala umum COVID-19 menurut WHO termasuk demam, batuk-batuk, dan sesak napas. Dalam kasus yang lebih parah, infeksi SARS-CoV-2 juga dapat menyebabkan pneumonia, masalah pernapasan, gagal ginjal, dan kematian.
Selain demam berdarah, orang yang terinfeksi virus Corona juga rentan salah didiagnosis penyakit lain, seperti dua kasus pertama COVID-19 di Indonesia yang awalnya didiagnosis penyakit bronkitis, dan menyebabkan 73 petugas medis di Depok yang berinteraksi dengan mereka mesti dikarantina. “Gagal mendeteksi COVID-19 karena hasil tes dengue yang posiitif punya implikasi serius, tak hanya kepada pasien tetapi juga kesehatan publik,” tegas tim penulis.
Kedua pasien asal Singapura yang positif COVID-19 diketahui tidak punya riwayat bepergian ke wilayah terdampak Corona atau berkontakan dengan orang yang positif. Dengan tes virus Corona di Indonesia yang diprioritaskan bagi orang dengan catatan perjalanan ke wilayah terdampak atau pernah berkontak dekat dengan orang yang positif COVID-19, ada risiko besar banyak kasus virus Corona yang tidak terdeteksi atau salah periksa sebagai demam berdarah.
DPR pun telah mendesak pemerintah untuk membuka akses pemeriksaan virus Corona lebih luas, dengan hasil yang lebih cepat keluar. “Selama ini dikatakan kalau merasa tidak pernah kontak dengan orang dari luar negeri atau tidak pernah ke luar negeri, mereka tidak perlu dites. Tapi menurut saya sebenarnya seluruh masyarakat harus melakukan tes untuk mendeteksi dan mencegah penyebaran,” ujar Wakil Ketua IX DPR RI Nikhayatul Wafiroh, dikutip dari CNBC Indonesia.
Tim penulis studi soal hasil tes dengue yang false positive itu pun telah menekankan pentingnya melakukan uji SARS-CoV-2 secara massal. “Kami menekankan pentingnya terdapat tes SARS-CoV-2 yang cepat, sensitif, mudah diakses, dan akurat demi melindungi kesehatan publik,” tulis mereka.
*Permata Adinda
Surat 5.45
Saya dokter internship di salah satu rumah sakit swasta di Jawa Tengah. Saya sudah membeli tiket untuk pulang mengunjungi orang tua di Palembang, tetapi karena COVID-19 makin melunjak dan sudah ada beberapa terduga di sini, saya pun membatalkan pulang, padahal tinggal 3 hari lagi. Sedih sih, tapi supaya orang tua aman.
*Gisel
Sekarang bapak salat di rumah terus. Jadi salat jamaah di rumah. Sukak.
*Nurul
Dear Asumsi, di masa masa pandemi COVID-19 ini yg membuat saya semangat lagi untuk menjalani hari adalah adanya saling menyemangati sesama ketika memulai bekerja, berdoa dengan khusuk agar diberi kesehatan & keselamatan, diselipkan dengan afirmasi positif "kami bisa, kuat dan sehat" Karena kami harus tetap waras didepan orang lain walau terkadang hati & pikiran ini cemas. Semangat selalu untuk aku, kamu dan kalian semua teman teman garda terdepan tim medis.
*Gia
Bagi kami, pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545
IKLAN BARIS
Tazzkkk. Yogyakarta. Menyediakan jasa menggambar ilustrasi wajah untuk kado wisuda, ulangtahun, maupun pernikahan. Juga menerima jasa desain yang lain. Contact me if you're interested! ;)
Cantikku.id. Karawang. Saya punya stok moisturizer Korea merk Bellflower, tolong dibeli soalnya takut mubazir.
Sewa Roda Tiga. Jabodetabek. Kami menyewakan motor Viar roda tiga untuk menunjang keperluan usaha anda. Dapat dipergunakan untuk angkut barang, pindahan, akomodasi perusahaan dan keperluan lainnya.
Hazel Clothing. Bekasi. Jual kaos distro dengan tema alam cocok digunakan untuk sehari-hari maupun ketika anda sedang travelling. Cek instagram kami, mumpung lagi ada promo dibulan ini.
Mau pasang iklan gratis? Klik di sini