Asumsi 5.45

Share this post
Floating kisses from a far.
545byasumsi.substack.com

Floating kisses from a far.

Asumsi
Feb 24, 2020
Share this post
Floating kisses from a far.
545byasumsi.substack.com

Like a dandelion, just a little bit of breath blows me apart.

Efek Rumah Kaca:
“Gerakan Kita Masih Perlu Latihan”

Dan ruang untuk terus berbincang

Efek Rumah Kaca selalu punya kejutan. Veteran indie rock Jakarta itu telah merilis tiga album yang mutunya bukan hanya terjaga, tetapi terus meningkat. Mereka pun telah jadi salah satu penampil live terbaik di Indonesia. Ketika saya menonton mereka di Joyland Festival 2019 tempo hari, ERK kembali bikin geleng-geleng kepala. Selama hampir setengah jam, mereka mencampuradukkan lagu-lagu dari diskografi mereka dalam medley yang beringas.

“Joyland Festival penting bagi kami,” ucap Cholil Mahmud, sang penyanyi. “Di Joyland 2012, kami menginisiasi proyek Pandai Besi. Waktu itu, beberapa personil kami sekarang masih jadi penonton di depan panggung.”

Setelah beberapa tahun tinggal di Amerika Serikat, Cholil kembali ke Indonesia pada saat yang tepat. Selepas hura-hura Pilpres dan demonstrasi 22 Mei, ia menyaksikan secara langsung rangkaian unjuk rasa #ReformasiDikorupsi. Setelahnya, ERK terlibat dalam rangkaian diskusi "Mendesak Tapi Santuy," dan getol merawat agenda-agenda demo tersebut.

Kami menemui Cholil (C) dan bassis Poppie Airil (P), dan mengobrol dengan mereka tentang album baru ERK, kutukan grup-grup WhatsApp, serta kekaguman Cholil terhadap anak-anak STM.
 
Standar yang kalian tetapkan di album Sinestesia sangat tinggi. Seperti apa arahan musikal Efek Rumah Kaca ke depannya?

C: Menurut Reza Ryan (gitaris tambahan ERK--red) sebagai orang luar yang sudah mendengar materi album keempat kami, lagunya lebih kering. Ada suasana tandus, katanya. Memang ada rasa koboi-koboian, rada Tarantino, lebih gersang. Ada nuansa seperti “Lazuardi”, tapi enggak se-Western itu.

Sinestesia agak merepotkan saat dimainkan langsung, karena personil belum tentu lengkap dan waktu manggung belum tentu memadai. Kami ada keinginan untuk mengolah sesuatu yang sekilas sederhana, tapi belum kami eksplor dari diri kami sendiri. Bagaimana cara kami cari sisi lain dari lagu seperti “Melankolia” tanpa harus mereplikasinya? Bagaimana caranya kami bisa mainkan lagu ini bertiga, tanpa ada tambahan yang berlebihan?
 
Tema-tema apa yang rencananya dibahas di lirik album baru kalian?

C: Belakangan, gue merasa bahwa melihat orang saling memberdayakan itu enggak kalah indah dari sebuah obyek. Kalau dipandang dari segi estetika, mungkin lebih ke estetika relasional. Seni untuk masyarakat. Bagi gue, melihat keberanian Ibu Sumarsih yang sudah Aksi Kamisan lebih dari 600 kali enggak kalah indah dengan melihat lukisan. Melihat ibu-ibu Dialita berupaya menyelamatkan dirinya sendiri dengan berkesenian, lalu sekarang akhirnya mereka bisa bernyanyi bersama, itu rasanya kayak… bermekaran semua. Melihat orang berdaya itu keindahan tersendiri.
 
Bicara soal berdaya, kalian terlibat cukup aktif dalam menggalang diskusi pasca aksi #ReformasiDikorupsi.

P: Ketika demo, menurut gue banyak warna yang melebur. Gue pribadi enggak merasakan demo 1998, tapi dengan terlibat dan memantau situasi yang ada, apalagi ikut ke sana, rasanya seperti hari itu kita semua memberdayakan diri sendiri. Dan sudah lama enggak ada yang kayak begitu.

C: Di tanggal 24 September, gue pribadi merasakan aroma 1998. Di jalanan menuju Senayan banyak warga membagikan air kepada demonstran, itu mirip. Walau tentu situasinya berbeda, tapi saat itu gue merasa pengalaman itu seperti kembali. Indah sekali rasanya berada di situ. Gue senang banget melihat orang meluangkan waktu, tenaga, dan biaya untuk memperjuangkan apa yang ia percayai.

Tapi, gerakan yang ada sekarang memang masih berproses. Pada 1998, sebenarnya sudah ada sekian banyak gerakan aktivisme mahasiswa kecil-kecilan yang bergerak sejak satu dekade sebelumnya. Kebetulan saja di 1998, mereka menemukan momentum untuk bersatu dan meledak. Di demonstrasi kemarin, gue lihat banyak teman-teman yang baru pertama kali ikut demo. Jadi ketika lihat gas air mata, mereka panik karena belum “latihan”.

Bagi orang yang di lapangan, membawa isu ini juga berat. Di 1998 ada situasi yang nyata seperti krisis ekonomi. Mayoritas orang kurang lebih sepemahaman bahwa pemerintah saat itu bermasalah. Sementara sekarang, ada narasi yang menuduh gerakan tersebut makar atau menyebut bahwa elektabilitas pemerintah masih tinggi. Lebih parah lagi, perang hoaks dan kehadiran buzzer bikin kita tidak percaya satu sama lain. Dinamikanya beda total.
 
Memang masih banyak pekerjaan rumah untuk gerakan, ya.

C: Dan mudah-mudahan, semua yang turun kemarin tahan terhadap intimidasi. Banyak informasi soal demonstran yang dihalang-halangi ke lokasi, busnya tidak boleh berangkat, itu kan melemahkan. Friksi di dalam gerakan mahasiswa sendiri ada banyak.

Faktanya, pemerintah berhasil mencitrakan dirinya menjadi Orde Baik. Terlalu prematur untuk menyatakan bahwa setelah demonstrasi kemarin, posisi pemerintah lemah. Enggak, kita harus realistis. Posisi masyarakat yang menuntut keadilan lebih lemah. Jadi, kita perlu menjaga api terus. Dan ada di jalan secara nyata ketika memang dibutuhkan.

P: Masih banyak otokritik yang diperlukan oleh teman-teman setelah aksi kemarin. Salah satunya mungkin bisa dengan diskusi terbuka yang dilakukan teman-teman Mendesak Tapi Santuy dari kampus ke kampus. Tapi, banyak catatan baik juga. Gue senang melihat demonstran kemarin jadi idola baru.

C: Sebelumnya, STM pun poros yang belum pernah ikut serta dalam aksi. Tapi kemarin mereka ikut hadir. Bisa jadi mereka belum begitu menguasai isu dan kurang paham masalah apa yang terjadi di tataran pemerintahan. Tapi pasti mereka punya alasan sendiri untuk turun dan mendukung para demonstran, termasuk mahasiswa sebagai kakaknya.

Dan kita harus akui bahwa mereka berperan besar. Mereka ternyata lebih menguasai medan karena mereka sudah “terlatih”. Salah satu indikasi keberhasilan gerakan kemarin adalah kehadiran STM.
 
Apa tanggapan kalian soal kasus penangkapan Ananda Badudu? Apakah itu preseden buruk untuk musisi seperti kalian yang ingin berkontribusi?

C: Justru, Nanda itu preseden baik. Bahwa siapa saja bisa mencari cara untuk bersiasat dan menggalang dana secara transparan ke publik. Di luar negeri, penggalangan dana untuk demonstrasi itu sudah lumrah. Tapi di Indonesia, mungkin kurang umum. Nanda melakukan itu, gerakannya ternyata besar, dan dampaknya amat kuat. Gue senang mendengar banyak teman yang jadi kritis dan bertanya soal bagaimana Nanda mengelola dana itu, penyalurannya, dan lain sebagainya. Kita jadi belajar sesuatu dari sana, dan itu layak ditiru di lain waktu.

Menariknya, menurut kabar Nanda, sumbangannya enggak ada yang lebih gede dari Rp 1 juta. Padahal total terkumpul lebih dari Rp 100 juta. Kalau dirata-rata, tiap orang menyumbang sekitar Rp 83 ribu. Jadi, memang benar-benar uang yang ada di kantung. Uang di dompet. Bukan dari cukong atau penyandang dana besar, tapi dari masyarakat yang mau mendukung.

P: Nanda tidak kelihatan seperti tipikal artis “berapi-api” yang akan melakukan penggalangan dana semacam itu. Dan itu pesan yang baik--semua orang dengan tipikal apa saja bisa berkontribusi. Dia orangnya baik, perhatian ke semua orang, dan mungkin karena itu dia tergerak untuk bikin penggalangan dana. Sayangnya, dia dan banyak teman-teman lain yang ikut aksi harus berhadapan dengan represi yang luar biasa.
 
Lagu terbaru kalian, “Tiba-Tiba Batu”, punya banyak bait menarik tentang orang yang jadi keras kepala. Bahkan ada lirik tentang “kebencian di sana-sini, apalagi di organisasi.” Apa yang hendak kalian sampaikan?

C: Gue harap penyakit ini enggak menjangkiti gue juga, tapi kadang karena kita sudah saking terpolarisasinya, kita menolak data-data yang disodorkan pihak yang berseberangan dengan kita. Penilaian kita sudah terkunci, walaupun faktanya kabur karena kita sebenarnya hanya mendengar dari satu sisi. Akibatnya, sulit terjadi percakapan. Kita dikondisikan algoritma untuk hanya berbicara dengan orang-orang yang sekubu.

Gue merasa hal seperti ini mulai merasuk ke tingkatan keluarga, entah melalui grup-grup WhatsApp atau sumber lainnya. Kok pada enggak mau tahu ya kalau kejadiannya seperti ini? Gue melihat banyak orang di sekitar gue jadi seperti itu. Termasuk mungkin diri gue sendiri.

P: Kadang ada yang bertanya lagu itu sebenarnya menyindir siapa. Seolah-olah ada sosok tertentu yang sengaja kami serang. Tapi itu hanya karena liriknya memang relateable sekali dengan kehidupan kami sekarang. Sikap seperti itu sudah begitu mewujud, sampai semua orang mengira ada satu orang beneran yang mewakili itu semua.

C: Dan kalau orang-orang kepala batu itu berkumpul jadi satu, kan bencana!
 
Tapi, menurut kalian apakah orang-orang batu seperti itu patut dirangkul? Atau, baiknya kita bikin poros sendiri saja?

C: Sebenarnya ada contoh yang menarik dari Amerika Serikat. Kok bisa mereka memilih Donald Trump jadi presiden? Dulu mereka yang mengajari kita pemilu, lho. Pemantau pemilu kita dulu dari Amerika. Kita layak untuk menertawakan mereka.

Tapi setelah diolok-olok, Trump tetap menang. Ketika di sana, saya berpikir: jangan-jangan, kelompok liberal dan demokrat di sana gagal mempertahankan demokrasi yang mereka cita-citakan. Kenyataannya, siapapun yang memilih Trump punya alasan yang masuk akal baginya, entah untuk demokrasi atau untuk kepentingannya pribadi. Menjauhi dan mengolok-olok mereka tidak membantu. Justru mereka jadi semakin mantap dengan pilihannya, dan bahkan mungkin 2020 Trump jadi presiden lagi.

Secara pribadi, gue respek dengan orang yang terus bertarung minimal di medsos. Mencoba memberikan narasi alternatif atas apa yang berkembang. Walau dihujat, dia mau percakapan itu terus ada. Memang menghadapi orang yang berbeda pendapat butuh daya tahan, dan jelas-jelas menyebalkan. Tapi gue lebih takut lagi kalau ruang untuk berdebat itu hilang sama sekali. Seburuk-buruknya ruang bercakap kita sekarang ini, paling tidak kita masih bisa bertemu. Gue justru ngeri kalau negara kita semakin otoriter dan kesempatan berdebat itu hilang.

• Raka Ibrahim

Praktik psikolog abal-abal hingga rentetan kasus pelecehan seksual. Banyak korbannya angkat bicara.
Bantu kami sebar kebaikan tiap pagi: bit.ly/545Asumsi

Official Broadcaster Baru Liga 1 2020

Lewat TV Berbayar

Kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Indonesia Liga 1 2020 secara resmi akan ditayangkan secara langsung oleh MNC Group melalui MNC Vision Network (MVN). Sebagai perusahaan holding TV berlangganan terbesar di Indonesia, MNC mendapatkan hak siar untuk total 306 pertandingan Liga 1.

Jadi, nantinya, sederet pertandingan seru Liga 1 bisa disaksikan pecinta sepakbola tanah air via televisi berbayar. Setidaknya MNC menyediakan empat platform yakni MNC Vision, K-Vision, MNC Play dan Vision+.

CEO PT MNC Vision Networks Tbk, Ade Tjendra, mengatakan pihaknya senang lantaran PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI memberi kesempatan dan kepercayaan kepada pihaknya untuk menyiarkan pertandingan Liga 1 2020. Pihaknya akan berkomitmen untuk selalu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat Indonesia.

"Kami sangat senang bisa mendapatkan hak siar Liga 1 2020, pertandingan sepakbola nasional yang paling dinantikan," kata Ade di iNews Tower, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (17/02/20).

Lebih lanjut, Ade mengatakan Liga 1 2020 bisa disaksikan di seluruh platform milik MNC Vision Networks, baik di TV berlangganan berbasis DTH (Direct to Home)/satelit melalui MNC Vision dan K-Vision, broadband internet dan IPTV (Interactive Protocols TV) melalui MNC Play. Selain itu, bagi pelanggan MNC Vision dan MNC Play, Liga 1 2020 juga bisa ditonton pada perangkat mobile melalui layanan TV Anywhere di aplikasi Vision+.

Pertandingan di pekan pembuka Liga 1 2020 akan disiarkan langsung mulai 29 Februari 2020 dan diakhiri dengan penyerahan trofi juara pada minggu terakhir yakni 31 Oktober 2020. Pertandingan juga bisa disaksikan di Channel MNC Sports 2 yang terdapat dalam paket Soccer Pack pada MNC Vision dan Soccer Mania (MNC Play) yang berisi channel-channel yang khusus menyajikan tayangan sepakbola.

Nantinya akan ada 9-10 pertandingan live setiap minggunya yang ditayangkan pada Kamis, Jumat, Sabtu, dan Senin. 

Sementara itu, PT LIB sebagai operator penyelenggara kompetisi Liga 1 2020 mengaku sangat senang bisa bekerjasama dengan MNC Group, yang akan memberikan akses tayangan dengan platform terlengkap. “Sehingga nantinya akan membuat tayangan Liga 1 tahun ini semakin bisa dinikmati di seluruh pelosok Indonesia," kata Direktur Utama PT LIB, Cucu Sumantri.

Sementara itu, Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, juga tak lupa memberikan apresiasi kepada pihak MNC Group yang telah ikut mendukung visi PSSI untuk membangun sepak bola Indonesia."Semoga ke depan MNC Group dapat terus menjaga kualitas tayangan yang berhubungan dengan olahraga dan mendukung Persepakbolaan Indonesia agar semakin Jaya di mata dunia," kata sosok yang akrab disapa Iwan Bule itu.

Kemampuan MVN menjangkau seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali wilayah-wilayah terpencil, dalam tayangan Liga 1 2020, ternyata menjadi daya tarik utama mengapa PSSI memilih bekerja sama dengan MNC Group tersebut.

Iwan Bule menyebut PSSI memang membutuhkan tayangan kompetisi sepakbola yang bisa menjangkau wilayah yang sangat luas. Sebab, Iwan menyebut PSSI ingin memberikan edukasi dan informasi yang lengkap untuk para pencinta sepakbola di Indonesia.

Oleh karena itu, media yang kuat seperti yang dimiliki MVN dinilai Iwan sangat cocok dengan persyaratan yang diinginkan PSSI dan PT LIB. “Kami memang memiliki banyak program yang belum diketahui banyak orang. Sampai sekarang pelatih kita (Timnas Indonesia) telah direkrut dari asing, namun masih belum banyak yang tahu. Itu jelas menjadi perhatian kami,” ujarnya.

“Kami sekarang ada kegiatan mengakomodir suporter. Sampai sekarang seperti kita tahu ada masalah klasik yang terus terjadi setiap tahunnya tentang pertikaian dari satu kelompok suporter ke satu kelompok suporter lain. Karena itu kita perlu media (seperti MNC Group) untuk bisa memberikan edukasi.”

Sementara itu, pemilik MNC Grup, Harry Tanoe, menyampaikan terima kasihnya lantaran sudah diberi kepercayaan menyiarkan Liga 1 2020. Pihaknya bahkan siap membantu penuh terkait pemberitaan sepakbola Indonesia.

"Saya berterima kasih kepada PSSI dan saya tegaskan ini ditayangkan hanya di TV berlangganan. MNC Grup medianya siap membantu PSSI. Kami siap jika dibutuhkan pemberitaannya," kata Harry Tanoe.

Ketum PSSI, Mochamad Iriawan, turut hadir dalam pengumuman kerja sama MNC Grup dengan PT LIB. Dia memberikan apresiasi untuk MNC Grup.

"Kami memberikan apresiasi kepada MNC Group, sebagai grup media terintegrasi terbesar di Indonesia, yang telah ikut mendukung visi PSSI untuk membangun sepakbola Indonesia yang berorientasi pada kualitas," kata Iriawan.

Sebelumnya, tak hanya dengan MNC Group saja, PT LIB juga sudah bekerja sama dengan Emtek Group untuk penayangan Liga 1 2020 secara free to air di stasiun televisi seperti Indosiar dan O'Channel. Sementara MNC Group menyuguhkan tayangan lewat platform berlangganan dan jaringan internet.

• Ramadhan Yahya

Surat 5.45

Halo redaksi 5.45, tulisanmu yang rapi terbungkus, membuatku jadi terbius. Tanpamu pagiku terasa sepi. Beneran deh. Tetap semangat berkarya!
*Adidong

Halo Asumsi, Terimakasih sudah menghadiran 5.45. Saya terbiasa membaca emailmu setiap pagi, sampai kemarin (Minggu) saya refresh email berkali-kali karena email darimu belum muncul di kotak masuk. Lalu akhirnya saya sadar kalau itu hari minggu dan 5.45 'libur'.
*Emirla

Sekarang, ada satu hal yang bikin saya benci hari Minggu: karena paginya ngga ada 5.45. Bagaimanapun, terimakasih kawan-kawan Asumsi karena sudah menghadirkan 5.45 setiap harinya. Semoga senantiasa berjaya di darat, laut dan udara. Tabik!
*M. Ni'amy D.

===
 

Halo Adidong, Emirla, dan Ni'amy. Semoga kembalinya 5.45 di pagi ini mengobati kerinduan kalian. Semoga hujan yang mengguyur bumi sepanjang malam ini tidak berdampak pada kegiatan kalian--dan para pembaca lain, tentunya.

Mohon maaf kalau kami belum bisa hadir setiap hari. Selain perlu istirahat, hari Minggu adalah waktu untuk kami membersihkan diri dari informasi-informasi kotor yang tersangkut saat kami menyaring berita. Tentu untuk kembali lagi dengan informasi yang lebih segar.

Terima kasih!

• MM Ridho

Bagi kami, pendapatmu penting. Sampaikan ke bit.ly/surat545

IKLAN BARIS

Aozora. Bandung. Menjual kuliner Jepang enak, murah dan sehat di Bandung seperti Mentai Rice, Gyoza, Ramen dan Taiyaki.

Karina Weddings. Bogor. Butuh dekorasi dan katering untuk acara spesial kalian, silakan hubungi kami! Boleh tanya-tanya dulu.

Konveksi Kaos Massal. CIledug. Jasa pembuatan kaos dan kemeja untuk segala agenda kegiatan. Konsutasi desain gratis.

Isanootes. Jakarta. Hi! Aku jual notebook softcover & hardcover bisa custom sendiri loh, desainnya bebas dari kalian. Start from 20.000.

Goldeebooks. Banjarmasin. Daripada beli buku bajakan, mending beli buku bekas di tempat akuh. Sudah murah, ori lagi. Yuk cek ig kita~

Mau pasang iklan gratis? Klik di sini

Share this post
Floating kisses from a far.
545byasumsi.substack.com
TopNew

No posts

Ready for more?

© 2022 Asumsi
Privacy ∙ Terms ∙ Collection notice
Publish on Substack Get the app
Substack is the home for great writing